- Niti Sastra
Pengertian Nitisastra
Niti Sastra berasal dari kata Niti dan Sastra. Kata Niti
berarti kebijaksanaan duniawi, etika social politik, tuntunan dan juga berarti
ilmu pengetahuan tentang Negara atau ilmu bangunan politik berdasarkan ajaran
agama Hindu. Berdasarkan pengertian etimologi diatas, maka pengertian
Nitisastra dapat diperluas lagi yaitu ilmu yang bertujuan untuk membangun suatu Negara baik dari segi tata
negaranya, tata pemerintahan dan tata
kemasyarakatannya. Disamping hal tersebut, Nitisastra juga mengandung ajaran
kepemimpinan juga bersifat umum dan praktis berlandaskan ajaran agama Hindu.
Nitisastra ini bukanlah ilmu pengetahuan hanya untuk kalangan negarawan atau
politisi saja tetapi juga untuk setiap orang dalam rangka memantapkan pengamalan
kehidupan bernegara berdasarkan Pancasila. Nitisastra mengajarkan keadaaan
warga Negara pada hokum dan kebijaksanaan Negara, menanamkan jiwa patriotisme
dan kesadaran untuk membela bangsa dan Negara.
Ajaran Niti Sastra
Mengingat ruang lingkup nitisastra demikian luasnya, maka
pada uraian selanjutnya akan dibatasi pada ajaran kepemimpinan Hindu di antara
Catur Pariksa, Astabrata, Pancadasa Paramiteng Prabhu, Sadwarnaning Nrpati,
Panca Upaya Sandhi dan Nawanatya.
a. Catur Pariksa
Catur Pariksa atau disebut juga Catur Naya Sandhi ini dapat kita jumpai dalam kekawin Ramayana yang
terdiri dari :
a)
Sama, mampu mengendalikan rakyat, terutama kawan yang
setia. Dalam hal ini kepemimpinan seseorang juga hendaknya berbuat adil,
memandang dan berbuat sama terhadap bawahannya.
b)
Beda, mengatur/memelihara tata tertibdan dispilin
pengendalai pemerintahan termasuk pemuka agama yang berbeda-beda.
c)
Dana, mengusahakan sandang, pangan dan papan untuk
dapat memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
d)
Danda, menghukum secara adil kepada siapa pun yang
berbuat salah.
Dalam pengertian sebagai kebijaksanaan politik Niti Sastra
mencakup penyelenggaraan politik Negara yaitu politik yang dianut oleh suatu
Negara., baik politik luar negeri dalam hubungan dengan Negara-negara tetangga
maupun politik dalam negeri dalam usaha membina kesejahteraan rakyat. Dalam
hubungan dengan politik Negara ini kitab Manawa Dharmasastra memberikan uraian
diantaranya yang berhubungan dengan perang adalah sebagai berikut :
a)
Sama
Sama artinya adalah mempertahankan kedudukan sebagai sahabat. Dalam
kedudukan bersahabat dua Negara tentu saling menempatkan perwakilan
masing-masing, misalnya tiap-tiap Negara mempunyai duta besar pada Negara
sahabatnya. Dalam keadaan demikian kedudukan kedua Negara sama, tidak ada yang
rendah atau lebih berkuasa . Kedua Negara akan saling menghormati dan saling
menghargai satu sama lain selama salah satu pihak belum merasa lebih kuat dari
yang lainnya dan belum merasa yakin mampu mengalahkan lawannya.
b)
Dana
Dana berarti hadiah atau pemberian, dalam ilmu politik dana dapat
diartikan hadiah atau bantuan untuk
mengikat Negara lain agar tetap simpati dan bersahabat. Pada zaman dahulu tidak
jarang dilakukan perkawinan antar putri raja
sebagai usaha untuk mempertahankan persahabatan. Di zaman modern
pemberian bantuan tidak dapat dihindari dari upaya-upaya untuk menguatkan
persahabatan atau setidaknya untuk tidak dimusuhi. Dalam ilmu politik, hadiah
mempunyai peranan besar sehingga dapat terjadi sogok atau suap, bahkan tindakan
spionase atau mata-mata karena pengaruh hadiah atau dana.
c)
Beda
Beda berarti membedakan atau diskriminasi, menurut Medhaditi beda berarti
politik memecah belah. Politik memecah belah terutama untuk menghadapi musuh
yang lebih kuat. Musuh yang terpecah belah akan menajdi lemah dan mudah untuk
dikalahkan. Sejak zaman dahulu politik memecah belah sudah dipakai terutama
oleh Negara-negara yang menganut politik penjajah, sebagaimana dalam sejarah
banyak dikeathui diterapkan di daerah jajahan. Menurut kitab Manawa Dharmasastra
duta beasar dapat berperan meningkatkan persahabatan atau juga dapat
dimanfaatkan untuk memecah belah lawan, memecah-belah Negara lawan dengan
sekutu-kutunya.
d)
Danda
Dalam istilah politik danda berarti meberikan hukuman. Dalam politik luar
negeri pada zaman dahulu menghukumbiasanya dilaksanakan dengan menyerang lawan,
dalam politik modern menghukum Negara lawan tidak selalu menyerang, kadangkala
menghukum dengan bentuk lain seperti embargo ekonomi dan sebagainya.. Pada
umumnya danda atau menghukum dipakai
atau dilaksanakan apabila tiga upaya politik pertama yaitu sama, dana, beda
tidak berhasil untuk menguasai lawan. Jadi danda adalah jalan politik terakhir,
yaitu dengan menyerang atau menundukan musuh dengan senjata.
b. Panca Upaya Sandhi
Panca upaya sandhi termuat dalam lontar “Siwa budha
Gama Tattwa” menjelaskan tentang lima
langkah dalam memecahkan masalah. lima langkah
ini merupakan lima
usaha yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Rincian lima langkah tersebut antara lain :
a)
Maya
Kata “Maya” dalam bahasa Sansekerta artinya bayangan atau sesuatu yang
ilusi. Dalam hubungannya dengan panca upaya sandhi maya berarti sesuatu yang
berlimpah, masih kabur, belum jelas permasalahannya. Dalam memecahkan
memecahkan masalah pertama-tama buatlah segala sesuatu menajdi jelas. Kumpulan
data dan keterangan-keterangan yang berkaitan dengan persoalan yang
dihadapi.Tidak mungkin suatu pekerjaan dapat dimulai kalau persoalannya belum
jelas, apalagi untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
b)
Upeksa
Kata upeksa terjadi dari kata upa dan iksa. Upa artinya sekeliling, Iksa
artinya melihat-lihat. Upeksa berarti melihat sekeliling atau mencermati
sekelilingnya. Dalam hubungan ini upeksa berarti mengadakan analisis yang
mendalam tentang data-data yang telah terkumpul. Analisis diarahkan untuk
mendukung proses berikutnya dalam pemecahan masalah itu.
c)
Indra Jala
Indra jala maksudnya adalah merumuskan beberapa alternative yang
memungkinkan dalam pemecahan masalah yang dihadapi. Rumusan alternative sudah
dilengkapi pertimbangan-pertimbangan baik buruk untung rugi dari setiap
alternative.
d)
Wikrama
Wikrama artinya langkah atau gerakan. Setelah mempertimbangkan berbagai
alternative dalam tahapan Indrajala, maka pada tahapan Wikrama adalah mengambil
keptutsan untuk memilih salah satu alternative yang dirumuskan sebelumnya.
Setelah danya pengambilan keputusan untuk menulih salah satu dari alternative
yang dirumuskan sebelumnya. Setelah adanya pengambilan keputusan yang memilih
salah satu alternative maka tahapan berikutnya adalah melakukan langkah atau
tindakan. Tahap inilah yang disebut sebagai wikrama.
e)
Logika
Logika artinya berdasarkan akal pikiran. Dalam tahapan wikrama atau
pelaksanaan tentunya akan berhadapan langsung dengan tantangan-tantangan yang
timbul. Dalam pelaksanaan sesuatu tugas yang telah diperhitungkan
pertimbangan-pertimbangan yang rasional harus dijadikan landasan. Tidak
dibenarkan melakukan wikrama dengan pertimbangan yang di dorong oleh gejala
nafsu semata dan tergesa-gesa.
c. Asta Brata
Asta Brata adalah istilah yang dipergunakan untuk
memberi nama terhadap delapan sifat dewa dalam ajaran Hindu, yang merupakan
simbolisasi sifat yang harus dimiliki oleh raja. Tingkah laku raja harus
memiliki persamaan dengan hakikat delapan dewa Hindu. Untuk pertama kali
istilah Asta Brata dijumpai dalam kekawin Ramayana.
a)
Indra Brata,
maksudnya adalah bahwa pemimpin hendaknya mengikuti sifat-sifat dewa Indra
yaitu sebagai dewa hujan. Hujan adalah sumber kemakmuran, karena tanpa hujan
tumbuh-tumbuhan tidak akan hidup. Raja harus memakmurkan seluruh rakyatnya.
b)
Yama Brata,
Yama adalah penegak kebenaran. Yama brata maksudnya ialah pemimpin hendaknya
mengikuti sifat-sifat Yama yaitu menegakkan kebenaran dan keadilan, memberikan
hukuman sesuai dengan kesalahan yang diperbuat. Jadi pemimpin harus bertindak
objektif.
c)
Surya Brata,
maksudnya ialah mengikuti sifat-sifat surya memberikan penerangan menyeluruh
dan merata. Jadi para pemimpin dalam memberikan penerangan terhadap rakyat
harus menyeluruh agar seluruh lapisan masyarakat memahaminya. Demikian pula dalam
mencari hal-hal yang perlu sebagai masukan dari rakyat harus adil dan tepat,
secara merata, tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
d)
Chandra Brata, atau
sasi brata maksusnya ialah seeorang pemimpin hendaknya dapat menampilkan wajah
yang tenang berseri-seri dan lemah lembut sebagaimana halnya sinar bulan yang
menyejukkan, demikian pulalah hendaknya pemimpin dapat menyejukkan hati
masyarakat. Dengan penampilan lemah lembut dapat menghilangkan rasa takut
masyarakat terhadap pimpinannya. Kalau Indra Brata pada dasarnya pemimpin dapat
memberikan kesejahteraan material, maka Sasi Brata lebih menekankan pada
kebutuhan rohani.
e)
Bayunila Brata, maksudnya
ialah agar pemimpin sebagaimana sifat-sifat ingin memasuki semua pendapat yang
sekecil mungkin , dalam penerimaan data atau laporan-laporan hendaknya
menyelidiki juga kebenarannya, sedapat mungkin dari sumber yang paling bawah
sekalipun, tanpa harus diketahui oleh masyarakat. Jadi maksudnya pemimpin
sewaktu-waktu mencari data langsung untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya
secara diam-diam.
f)
Kuwera Brata, atau
juga disebut Dhanaba Brata. Kuwera atau Dhanaba adalah dewa kekayaan atau dewa
uang. Dengan Kuwera brata dimaksudkan agar setiap pemimpin tahu mempergunakan
uang dengan baik agar tidak terjadi pemborosan. Di samping itu selalu
memperhatikan dan mengatur dirinya, sehingga tidak timbul kesan bahwa pemimpin
tidak dapat mengatur dirinya sendiri. Inilah salah satu aspek kepemimpinan yang
menyangkut hubungan atasan dengan bawahan atau personal relation yang merupakan
bagian dari public relation. Sikap rapi atau sikap cermat bukan hanya
dalam berpakaian saja tetapi juga hal-hal lainnya dalam penampilan sehari-hari.
g)
Baruna Brata, Baruna
adalah dewa laut yang mempunyai senjata ampuh Nagasapa. Dengan Baruna brata
dimaksudkan pemimpin atau kepala Negara hendaknya berusah keras dengan segala
kemampuan melenyapkan segala hal-hal yang mengganggu keamanan masyarakat, dan
dengan demikian mengikat pendapat rakyat (public opinion). Sarana untuk
mengikat pendapat masyarakat ialah pemimpin harus banyak memiliki pengetahuan.
Dengan pengetahuan yang luas akan mudah memecahkan masalah, sehingga selalu
mendapat kepercayaan masyarakat, karena masyarakat yakin pemimpin selalu dapat
memecahkan setiap kesukaran, dan akan mampu menampung aspirasi masyarakat.
h)
Agni Brata, Agni
adalah dewa Api, dengan agni brata dimaksudkan agar setiap pemimpin mempunyai
sifat-sifat berani dalam menghadapi rintangan-rintangan dengan tuntas dalam
menyelesaikan setiap permasalahan. Di samping itu pemimpin harus mampu
mengorbarkan api semangat kerja bawahan. Untuk dapat mengorbarkan semangat
bawahan, maka pemimpin sendiri harus mempunyai api semangat yang besar pula,
sehingga ia dapat dijadikan panutan. Inilah pokok-pokok dari Agni Brata yang
dapat digunakan dalam hubungan pemimpin dan bawahan, baik dalam organisasi
maupun kepemimpinan negara.
Dari uraian-uraian diatas kiranya
asta brata dapat dijadikan pedoman dalam manajemen terutama bagai pucuk
pimpinan dalam usaha mencapai suatu tujuan, tanpa mengabaikan rasa kemanusiaan
dari semua pihak baik pimpinan maupun yang dipimpin. Ditinjau dari kurun waktu
asta brata diciptakan (digubah) benar-benar merupakan hasil pemikiran masa
lampau yang sangat tinggi. Dengan mengembangkan pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam asta brata sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi,
penerapan teori kepimpinan ini masih relevan dengan kepemimpinan modern.
Sebagai suatu warisan budaya dari masa lalu asta brata masih dapat diterapkan
pada masa kini maupun masa yang akan dating.
d. Asta Dasa Paramiteng Prabu
Dalam lontar a dasa paramiteng prabu terdapat uraian tentang
ajaran-ajaran penting yang patut diteladani mengenai tugas seorang pemimpin.
Sesuai dengan namanya ada delapan belas ilmu kepemimpinan yang diajarkan dan
diterapkan oleh Maha Patih Gajah Mada pada zaman keemasan kerajaan Majapahit.
Adapun kedelapan belas prinsip-prinsipyang harus dihayati dan diamalkan oleh
seorang pemimpin adalah :
a)
Wijnana artinya seorang pemimpin harus mampu
bersikap tenang, sabar, dan bijaksana serta tidak cepat panik dalam menghadapi
berbagai macam persoalan.
b)
Mantri Wira artinya berani membenarkan yang
benar dan menyalahkan yang salah dan selalu membela serta menegakkan kebenaran
dan keadilan.
c)
Natangguan, artinya mendapatkan kepercayaan
rakyat.
d)
Satya Bhakti Prabu artinya memiliki loyalitas
kepada kepentingan yang lebih tinggi dan sanggup bertindak dengan penuh
kesetiaan demi negara.
e)
Wagmiwak artinya pandai mengemukakan pendapat,
pintar berbicara, dengan tutur kata yang teratur tertib dan sopan serta
menggugah perasaan dan semangat masyarakat.
f)
Wicaksaneng naya artinya cerdik, pandai
berdiplomasi dan bersiasat serta menguasai taktik dan strategis.
g)
Sarjawa Upasama artinya rendah hati, tidak
sombong walaupun menjadi pemimpin yang berkedudukan tinggi.
h)
Diratsaka artinya rajin dan tekun bekerja,
pimpinan terus berani bekerja keras, memusatkan cipta, rasa dan karsa serta
karyanya untuk mengabdi kepada negara dan rakyat.
i)
Tan Satresna artinya tidak boleh memihak atau
terikat pada salah satu golongan atau memihak pada sanak saudaranya, tetapi
harus mampu mengatasi segala paham golongan, sehingga pemimpin yang demikian
mampu memersatukan seluruh potensi masyarakatnya untuk mensukseskan cita-cita
bersama.
j)
Masebi Samasta Bhuana artinya mencintai semesta
alamsenang melestarikan lingkungan hidup sesuai karunia Tuhan Yang Maha Esa.
k)
Sih Samasta Bhuana artinya dicintai oleh segenap
lapisan masyarakat karena kepribadian memikat.
l)
Negara Gineng Pratidnya artinya selalu
mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi maupun golongan.
m)
Dibyacita artinya lapang dada mau mendengar dan
bersedia menerima pendapat dan pandangan orang lain.
n)
Sumantri, artinya tegas dan jujur.
o)
Nayaken Musuh artinya dapat menguasai musuh baik
dari dalam maupun luar, termasuk musuh-musuh yang ada dalam dirinya sendiri.
p)
Ambeg Parama atha artinya pandai memilih
prioritas atau mengutamakan hal-hal yang lebih penting bagi kesejahteraan
masyarakat.
q)
Waspada Purbawisesa artinya selalu waspada dan
mau melakukan mawas diri.
r)
Prasaja artinya hidup sederhana.
Demikian uraian tentang asta dasa paramiteng
prabhu, ajaran kepemimpinan yang sudah diterapkan oleh Maha Patih Gajah Mada,
kedelapan belas prinsip-prinsip itu dijiwai oleh ajaran moral agama.
e. Nawa Natya
Dalam sebuah naskah lontar yang berbahasa
Jawa Kuno bernama “Nawa Natya” terdapat uraian yang memberikan petunjuk
bagaimana seharusnya seorang pemimpin dalam memilihpembantu-pembantunya dalam
melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan Negara. Naskah ini merupakan pedoman
dalam memilih seseorang untuk menjadi pejabat penting.
Kebijaksanaan raja dalam memilih
pembantu-pembantunya diumpamakan memilih dari segunung bibit bunga yang akan
ditanam dalam sebuah taman. Hendaklah dipilih bibit bunga yang harum baunya,
indah warnanya, tidak cepat layu serta mempunyai manfaat yang utama, memberikan
kepuasan bagi yang melihatnya dan menyentuhnya.
Adapun orang-orang yang patut dipilih
sebagai pemimpin untuk membantu raja adalah orang-orang dengan persyaratan
sebagai berikut :
a)
Praja Vidagda,
bijaksana dan mahir dalam berbagai cabang ilmu dan teguh pendirian.
b)
Virasarvayuddha,
pemberani, pantang menyerah dalam pertempuran.
c)
Pramartha,
mempunyai sifat dan luhur.
d)
Dhirostsaha,
ulet dalam mensukseskan tugas.
e)
Pragivakya,
pandai berbicara dan mempengaruhi massa .
f)
Samaupaya,
setia pada janji atau sumpah.
g)
Laghavangarta,
tidak pamrih terhadap harta benda.
h)
Wruh ring sarwa
bhrasta, tahu mengatasi permusuhan.
i)
Viveka, mampu
membedakan antara yang salah dan yang benar, baik dan buruk.
2. Raja Niti dan Danda Niti
Berbicara
tentang kepemimpinan dalam ajaran agama hindu , mengingatkan kita akan
kebesaran nama Maharsi Kautilya. Beliau dikenal juga dengan nama
Maharsi Chanakya. Maharsi Kautilya merupakan konseptor dalam penataan sistem
pemerintahan di Kerajaan Magadha ,
yang saat itu dipimpin oleh putra mahkota bernama Chandra Gupta yang memerintah
kurang lebih tahun 350 SM. Ilmu pengetahuan yang disusun oleh Maharsi Kautilya
yaitu Arthasastra. Kitab ini lebih dikenal dengan nama
Danda Niti dan pernah juga disebut Raja Dharma atau Raja Niti dan Kautilya
Arthasastra.
Sejarah
membuktikan bahwa agama hindu tidak saja merupakan agama yang tertua
keberadaanya didunia, melainkan juga sebagai agama yang mampu menjiwai seluruh
aspek kehidupan umat manusia. Hal ini disebabkan karena agama hindu yang
disebut dengan nama Sanathana Dharma diwahyukan oleh Sang
Hyang Widhi untuk meningkatkan peradaban hukum atau aturan yang dapat
membimbing umat manusia untuk mewujudkan tujuannya yang dikenal dengan istilah
“ Moksartham jagadhita ya ca iti dharma”.
Banyak
orang yang bisa menjadi pemimpin, tetapi tidak banyak di antara yang
bersangkutan bisa menjadi pemimpin karena yang bersangkutan hanya memahami dan
mengerti tentang kepemimpinan. Apakah kepemimpinan itu dan siapakah pemimpin
itu.
Perjalanan
suatu organisasi, apakah dalam skala kecil ataupun besar ditentukan oleh para
pemimpin dan kepemimpinannya. Maju mundurnya organisasi dipengaruhi oleh
kepemimpinana para pemimpinnya dalam mengemban tugas kepemimpinannya. Tanpa
kepemimpinan yang handal, penuh dedikasi, memiliki komitmen pada cita-cita dan
berwibawa, sulit dibayangkan bahwa suatu organisasi akan akan mampu bergerak
menuju cita-citanya.
Lontar
Rajaniti secara jelas menggambarkan keadaan suatu Negara tanpa kepemimpinan
tanpa kepemimpinan seorang pemimpin yang tangguh dan berwibawa. Negara yang
demikian itu diibaratkan bagaikan perahu tanpa kemudi, pasti hancur diterjang
ganasnya badai samudra keangkara murkaa.
Pemimpin
adalah seorang yang memiliki wibawa dan kemampuan untuk menggerakkan orang lain
guna bersama-sama berupaya mencapai tujuan yang dicita-citakan. Kepemimpinan
adalah seni untuk menggerakan orang lain guna mencapai tujuan tertentu atau
tujuan bersama. Hakekat kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang
lain. Dengan kata lain kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi orang lain, melalui komunikasi langsung atau tidak
langsung, dengan maksud menggerakkan orang lain agar dengan penuh kesadaran dan
pengertian berpartisipasi aktif dalam upaya mencapai tujuan bersama.
Tanpa masyarakat
yang dipimpin seorang pemimpin tidak mempunyai fungsi dan kehadirannya tidak
mempunyai arti,
Rgveda X.91.2 menyatakan :
“janam janam janya nati manyate, visa a
kseti visyo visam visam,” Artinya : “Pemimpin bagaikan api, adalah tokoh
yang mencintai sesame dan tidak membenci kepada siapapun. Dia dermawan bagi
seluruh rakyatnya. Dia hidup ditengah-tengah rakyatnya. Dia melayani setiap
umat manusia.”
Seorang pemimpin
harus mencintai, mengayomi dan melayani masyarakat yang dipimpinnya. Setiap
organisasi memerlukan kepemimpinan yang bukan saja mampu melahirkan
gagasan-gagasan pembaruan, tetapi juga mampu berbuat atau melahirkan karya yang
bermanfaat bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan cita-cita bersama dengan
mengerahkan sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien.
1.1 Fungsi Kepemimpinan
Dalam rangka mengarahkan dan
mengendalikan organisasi untuk mencapai tujuan bersama berdasarkan
prinsip-prinsio dan nilai-nilai moral, etika dan spiritual yang dijunjung
tinggi, maka setiap pemimpin organisasi, harus melaksanakan fungsi-fungsi
tertentu. Fungsi mengacu kepada keadaan gerak, kepada aktivitas tindakan riil
dan konkrit sebagai pelaksanaan tujuan. Tujuan tanpa fungsi steril. Sedangkan
fungsi tanpa tujuan suatu yang tidak mungkin.
Memiliki kepemimpinan berarti
menguasai seni dan teknik melakukan
tindakan seperti meberikan perintah, teguran, anjuran, pengertian, menerima
masukan, meperkuat identitas organisasi, memupuk semangat korps dan menananmkan
disiplin.
Sebelum membicarakan fungsi
kepemimpinan, terlebih dahulu perlu dikemukakan secara garis besar berbagai
ciri yang perlu dimiliki oleh pemimpin agar dapat melaksanakan fungsi
kepemimpinan dengan baik.
Dalam
pewayangan sering digambarkan bahwa seorang pemimpin harus memiliki sifat ratu
yaitu bijaksana dan adil, sifat pandito yaitu arif, waspada dan mampu
menjangkau ke masa depan dan sifat petani yaitu seadanya, jujur dan bersahaja.
Sedangkan para ahli ilmu
kepemimpinan merumuskan 8 ciri kepemimpinan yaitu:
a)
berbudi luhur, cerdas, dan memiliki kepribadian yang
menarik serta ketahanan mental dan fisik yang prima.
b)
Memahami misi yang diemban serta memiliki komitmen yang
kuat untuk menyukseskan misi yang diemban itu.
c)
Memiliki perhatian yang tinggi kepada orang lain.
d)
Memiliki integritas pribadi dalam menerapkan standar
moral tunggal dalam kehidupan public maupun pribadi.
e)
Bersikap persuasive dan kritis.
f)
Berdedikasi tinggi untuk meraih kemajuan organisasi.
g)
Bertanggung jawab
h)
Mampu menggalang solidaritas
Sedangkan di dalam lontar Rajaniti dikemukakan beberapa cirri orang yang
tidak patut dijadikan pemimpin antara lain:
a)
Dhirgarogi, yaitu orang yang sakit-sakitan, tidak patut
dijadikan pemimpin, karena kemampuan fisik dan mentalnya tidak dapat diandalkan
untukmengemban tugas kepemimpinan yang menuntut kemampuan prima.
b)
Dhibatibahikreti,
artinya orang yang bermuka dua juga tidak patut dijadikan pemimpin, karena ia
akan menerapkan standar ganda dalam melaksanakan tugas, sehingga akan
membahayakan kelangsungan hidup organisasi.
c)
Bhirujanana, artinya
orang yang takut pada istri/suami, tidak patut
dijadikan pemimpin sebab kebijaksanaan akan mudah dipengaruhi oleh
istri/suaminya. Hal ini dapat menjerumuskan organisasi pada nepotisme.
d)
Bhinukan,
artinya seseorang yang penakut tidak pantas diangkat menjadi pemimpin, karena
orang yang penakut tidak berani mengambil keputusa, tidak berani bertanggung
jawab.
e)
Sama loba
lubdajana, yaitu seorang yang loba atau tamak jangan sekali dijadikan
pemimpin, karena akan menjadikan organisasi sebagai alat memuaskan nafsu
lobanya.
f)
Aneka citta
matrascah, artinya orang yang tidak suka beribadah, tidak patut dijadikan
pemimpin karena bisa merusak kehidupan etika, moral dan spiritual masyarakat.
g)
Adestake, yaitu
seorang yang tidak suka tinggal di lingkungan masyarakat yang dipimpinnya,
tidak boleh dijadikan pemimpin karena akan jauh dari masyarakatnya, sehingga
tidak mungkin akan memberikan pengayoman dan bimbingan kepada mereka yang
dipimpinnya.
h)
Lokeyuktekaleyasca,
artinya orang yang tidak memperhatikan aspirasi rakyatnta tidak patut
dijadikan pemimpin.
Apabila dicermati cirri-ciri kepemimpinan seperti
diuraikan diatas intinya bertalian dengan kepribadian yang luhur, kecerdasan,
kemampuan mental, dan fisik dan komitmen pada misi. Singkatnya kepemimpinan
cenderung dikatakan sebagai cirri kepribadian yang tangguh, mengingat beratnya
fungsi yang diembannya.
Kepemimpinan menurut para ahli manajemen dipandang
sebagai inti dari manajemen. Keberhasilan manajemen akan ditentukan oleh
keberhasilan dalam memengaruhi orang lain, dalam mengarahkan dan mengendalikan
orang lain kea rah pencapaian tujuan bersama. Karena itu seseorang yang
menjalankan fungsi manajemen berkewajiban mempengaruhi orang lain agar tetap
melaksanakan tugas dengan baik, memiliki dedikasi terhadap organisasi dan tetap
terpanggil untuk mencapai tujuan organisasi.
Karena itu menurut pakar manajemen, fungsi
kepemimpinan pada dasarnya sejalan dengan fungsi manajemen yaitu melakukan
perencanaan, penggerakan dan pengawasan.
Fungsi perencanaan menyangkut penentuan tujuan dan
proses penyiapan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan.
Fungsi penggerakan dapat diartikan membuat orang yang
dipimpin bergerak melakukan berbagai aktivitas yang terarah untuk mencapai tujuan secara efektif dan
efisien. Penggerakan dengan demikian menuntut kemampuan mengarahkan sumber daya
dan segenap jajaran organisasi, membangkitkan semangat dan kegairahan untuk
melakukan berbagai aktivitas menuju tujuan bersama.
Fungsi pengawasan menyangkut segenap kegiatan untuk
meyakinkan dan menjamin, bahwa berbagai kegiatan dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan mengukur apa yang telah dicapai,
menilai pelaksanaan, serta mengadakan tindakan perbaikan dan penyesuaian yang
dipandang perlu.
Menurut para ahli ilmu social, fungsi kepemimpinan
lainnya adalah :
a)
Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan sangat penting dalam organisasi.
Keputusan yang tepat dan mudah dilaksanakan akan mengantarkan organisasi pada
pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Pengambilan keputusan menjadi fungsi penting kepemimpinann.
Melalui fungsi pengambilan keputusan ini arah dan kebijaksanaan organisasi
dikendalikan. Tidak setiap orang dalam organisasi boleh mengambil keputusan.
Dalam pengambilan keputusan perlu diperhatikan kompleksitas masalah, metode dan
teknik pengambilan keputusan agar keputusan yang diambil tepat, cepat,
memuaskan dan dapat dilaksanakan dengan baik.
b)
Pengembangan Loyalitas
Pengenmbangan loyalitas atau kesetiaan segenap jajaran
organisasi kepada cita-cita ornasisasi merupakan bagian penting dari fungsi
kepemimpinan. Loyalitas tersebut dikembangkan atas dasar kedasarandan keyakinan
pada tujuan-yujuan mulia yang hendak dicapai bersama. Loyalitas akan
menumbuhkan rasa kebersamaan, kerelaan berkorban, kegairahan untuk berperan
aktif melaksanakan tugas dan kewajiban organisasi. Di dalam Mahabharata
terdapat satu sloka tentang kepemimpinan Prabu Dasaratha sebagai berikut :
“Inakekenang bhuwana
kabeh ya ta donira mangjanma, pararthagumawe sukaning rat, sukaning rat yateka
ginawenya,” artinya “Mencapai kebahagian masyarakat itulah tujuan
keberadaan Sang Dasaratha, mengutamakan kesejahteraan seluruh masyarakat itulah
yang selalu dikerjakannya.” Kepemimpinan yang mengutamakan kesejahteraan
masyarakat akan semakin mantap legitimasi kepemimpinannya.
c)
Memberikan Pengayoman
Di dalam Yayurweda XIII.30 dikemukakan antara lain sebagai
berikut : “Acchinnapatrah praja
anuviksasva,” yang artinya “Wahai pemimpin lindungilah masyarakatmu, tanpa
merugikan mereka.”
Kepemimpinan seorang pemimpin ditentukan oleh kemampuannya
memberikan pengayoman kepada warga negaranya yang menderita, yang kesusahan,
yang menemui kesulitan dan pertolongan. Melalui fungsi pengayoman ini
kepemimpinan menciptakan rasa aman dan tentram
di hati masyarakatnya, sehingga masyarakat bebas dari rasa takut,
kreatif dan aktif berkarya untuk kebahagiaan bersama.
d)
Menciptakan dan memelihara keharmonisan
Menciptakan
dan memelihara keharmonisan merupakan salah satu fungsi penting kepemimipnan,
agar berbagai kepentingan yang berbeda-beda itu dapat disalurkan secara kreatif
dengan mengutamakan kepentingan bersama. Menciptakan keharmonisan tidak berarti
melakukan penyeragaman. Tetapi melakukan penataan, menempatkan pada proposinya
dan meberikan peranan sesuai dengan kapasitasnya dalam satu semangat membangun
misi yang sama. Keharmonisan tersebut perlu terus dipelihara agar mekanisme
organisasi berjalan tertib dan lancer.
e)
Melakukan Pembaruan
Fungsi
pembaruan membuat kepemimpinan seseorang tidak ketinggalan zaman, tetapi selalu
dapat mengikuti bahkan mengarahkan dinamika kehidupan oranisasi untuk mencapai
tujuannya. Selain itu pembaruan dipelukan untuk menyesuaikan dengan tuntutan
dan perkembangan keadaan demi terjaminnya kesinambungan dan peningkatan berbagai
aktivitas organisasi guna mencapai tujuan.
Sadwarnaning Rajanitis
Untuk menentukan
sifat kepemimpinan maupun ciri-ciri kepribadian yang harus dimiliki seorang
pemimpin tidak semudah yang diperkirakan.banyak teori yang telah dikemukakan.
Banyak pendapat di ketengahkan. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang
pemimpin memang kompleks, karenaterkait dengan tujuan organisasi, ruang lingkup
organisasi, tantangan zaman yang dihadapi, wilayah dan masyarakat di mana
pemimpin berkiprah dan lain-lain.
Meskipun demikian secara umum dapat dikemukakan bahwa
seorang pemimpin adalah pribadi yang memiliki berbagai kelebihan yang dapat
diandalkan dalam mengemban tugas dan
tanggu jawabnya melaksanakan misi kepemimpinannya.
Masalah sifat-sifat atau persyaratan
yang harusdimiiki oleh seorang pemimpin telah menarik pemikiran para arif
bijaksana sejak berabad-abad yang lalu. Di dalam bukunya substance of hindu polity. candra
prakash bamri. Mengemukakan syarat kepemimpinan yang disebut dengan sad
Warnaning Rajaniti. Sad Warnaning berarti enam persyaratan atau sifat-sifat
utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu ;
a.
Atmasampad
( berkepribadian mulia/luhur)
Syarat utama seorang
pemimpin adalah berkepribadian mulia /luhur , karena ia akan dijadikan suri teladan
oleh masyarakatnya.
Pikiran, perkataan dan berbuatanya sangat berpengaru bagi
masyarakat luas. Melalui yang luhur itu seorang pemimpin memelihara budi
pekerti kemanusiaan dan memegang teguh cita-citamoral rakyat yang luhur.
Pemimpin yang luhur akan memperoleh kewibawaan.
Mahatma Gadhi pemimpin bangsa india yang tidak pernah
menduduki jabatan resmi , tetapi berwibawa kepemimpinannya diakui oleh seluruh
rakyat india bahkan disegani oleh kaum penjajah yang menindas rakyat india.
Makhatma Gadhi memiliki kepribadian yang luhurdan secara
konsisten melaksanakan nilai-nilai yang ia pegang teguh dalam kehidupan
sehari-hari.
b.
Pradnya
(cerdas/ijaksana)
Seorang pemimpin
menghadapi beraneka ragam masalah dari yang bersifat individu maupun sosial,
dari yang teknis maupun strateis, dari yang kecil maupun yang besar .
semua itu harus dapat
dicari jalan keluarnya dan sering eptuan harus cepet diambil
c.
Utsaha
(kreatif, kerja keras)
Seorang pemimpin
menjadi sumber inspirasi dan motivator untuk menggerakan masyarakat berusaha
kerasberkarya mencapai tujuannya. Berhubung dengan itu seorang pemimpin harus
kreatif selalu dalammemberikan semangat untuk mengembangkan cipta, rasa, dan
karsa masyarakat kreativitas dan usaha keras pemimpin yang penuh pengabdian
pada tujuan akan meningkatkam dinamika organisasi untuk terus bergerak maju
menjawab tantangan mengatasi rintangan.
Kreativias pemiimpin
menyebabkan seorang pemimpin memenangkanpertempuran dan usaha keras menyebabkan
pemimpin memenangkan peperangan.
Tidak ada sesuatu tujuan yang dapat dicapai tanpa usaha
keras. Tujuan mulia organisasi hanya dapat direalisasikan dengan usaha keras
tak kenal menyerah seorang pemimpin bersama-sama jajaran organisasinya.pemimpin
harus menjadi pelapor dan berdiri palig depan dala mengembangkan kreativitas
dan berusaa keras pantang menyerah untuk mencapai cita-cita.
d.
Abhigamika(berkepribadan
menarik)
Pemimpin selain
memiliki kepribadian luhur, kecerdasan yang tinggi, pekerja keras penuh
disiplin , memiliki kepribadian yang mnarik. Mereka juga mimiliki daya
pesonayang bisa menggugah perasaan masyarakat menarik simpati masyarakat
sehingga dengan suka rela mengikuti pemimpinnya.
e. Sakya Samanta (bisamenyadarkan dan mengontrol
bawahan)
Pimpinan
harus bisa menyakinkan orang-orang yang dipimpinnya untuk melaksanakan
kewajiban secara sadar dan penuh tanggung jawab. Orang-orang yang tidak
bergerak mengikuti tuntunan dan bimbingan pemimpinnya dengan penuh kesadaran
akan menunaikan kewajibannyadengan sebaik-baiknya sampai tuntas.
- AksudraParisatha
(mampu memimpin persidangan )
Seorang
pemimpin dalam kegiatan pengambilan keputusan sering-sering harus memimpin
persidangan, sabha atau rapat-rapat. Karena itu ia harus memiliki
kemampuan mengatur jalannyapersidangan supaya tertib dimana setiap orang
mendapat kesempatan yang cukup untuk urun rembug mengemukakan pendapat. Seorang
pemimpin harus mampu secara arif mengakomodasikan berbagai pendapat yang
konstruktif. Kesimpulan yang diambil hendaknya dicerminkan pendapat-pendapat
yang berkembang sehingga semua pihak merasa dihargai pendapatnya dan karena itu
mempunyai komitmen untuk melaksanakannya. Pengetahuan dan pengalaman yang luas
serta objektivitas dalam menilai pendapat-pendapat yang berkembang sangat
diperlukan oleh seorang pemimpin yang ingin berhasil memimpin persidangan.
oLEH :
Ni Ketut Arisantiani
Ida Ayu Made Udiani
Ni Komang Tri Novita Sari
Ni Kade Dudelama Baoca Malini
1 comments:
Uraian yang sangat bagus dan bermanfaat!
Posting Komentar