RSS

TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA JURUSAN PGSD SEMESTER II UNDIKSHA

SENANG SEKALI :) akhirnya bisa berbagi tugas mata kuliah Pendidikan Agama yang kami dapatkan semester 2 lalu. Sekarang kami sudah semester 3 di Universitas Pendidikan Ganesha. Semoga bermanfaat bagi pembaca. 

DAFTAR ISI


Makalah 1                   WEDA SEBAGAI SUMBER DAN KITAB SUCI HINDU

Makalah 2                   SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AGAMA HINDU

Makalah 3                  CUNTAKA (SEBEL)

Makalah 4                  KASTA DAN WARNA DALAM AGAMA HINDU


Makalah 5                CATUR PURUSHA ARTHA


Makalah 6                 ASTIKA DAN NASTIKA


Makalah 7                 CATUR MARGA DAN CATUR ASRAMA


Makalah 8                   ASTA BRATA DALAM KEPEMIMPINAN HINDU


Makalah 9                   BUDAYA SEBAGAI EKSPRESI PENGAMALAN AJARAN AGAMA HINDU

Makalah 10                 KERUKUNAN HIDUP UMAT BERAGAMA


Makalah 11                 AJARAN NITI SASTRA, RAJA NITI DAN DANDA NITI


Makalah 12                KULA DHARMA

KULA DHARMA

 A.  Pengertian Kula Dharma
Tentunya kita sudah sering mendengar istilah atau kata kula maupun kata dharma dalam buku-buku agama Hindu. Kata Kula = keluarga atau family, walaupun istilah family yang digunakan oleh orang-orang barat berbeda pengertian dengan keluarga/kula dalam masyarakat Hindu kalau ditinjau dari segi tujuannya. Misalnya E.W. Burgers dan H.J. Locke dalam bukunya “The Family” mengatakan bahwa family adalah kelompok orang-orang yang mempunyai hubungan perkawinan, darah keturunan, adopsi dan lain-lain untuk kebudayaan mereka. Ada juga yang berpendapat bahwa tujuan family itu adalah untuk mengesahkan atau membenarkan adanya hubungan seks berdasarkan hukum. Sedangkan dalam masyarakat Hindu, untuk mewujudkan lahirnya suatu keluarga harus terlebih dahulu melakukan Agni Homa (mendirikan Sanggar Kawitan bagi orang Bali). Sebelum melakukan agni homa walaupun eseorang telah kawin masih tetap dianggap sebagai anggota keluarga orang tuanya, jadi belum berdiri sendiri. Di dalam agama Hindu tujuan berkeluarga adalah untuk melanjutkan garis keturunan sehingga terpenuhi segala tugas dan kewajiban kemanusiaan dengan sempurna di mana kehadiran seseorang putra dianggap sebagai penyelamat bagi orang tuanya. Kata “Putra” itu sendiri berarti penolong atau penuntun dari kesengsaraan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Itulah pengertian dan tujuan kula atau family dalam masyarakat Hindu. Kemudian kata “dharma” yang berarti kewajiban. Jadi kula dharma berarti kewajiban family dalam kehidupan berkeluarga berdasarkan ajaran agama Hindu.

AJARAN NITI SASTRA, RAJA NITI DAN DANDA NITI

  1. Niti Sastra
            Pengertian Nitisastra
Niti Sastra berasal dari kata Niti dan Sastra. Kata Niti berarti kebijaksanaan duniawi, etika social politik, tuntunan dan juga berarti ilmu pengetahuan tentang Negara atau ilmu bangunan politik berdasarkan ajaran agama Hindu. Berdasarkan pengertian etimologi diatas, maka pengertian Nitisastra dapat diperluas lagi yaitu ilmu yang bertujuan untuk membangun  suatu Negara baik dari segi tata negaranya,  tata pemerintahan dan tata kemasyarakatannya. Disamping hal tersebut, Nitisastra juga mengandung ajaran kepemimpinan juga bersifat umum dan praktis berlandaskan ajaran agama Hindu. Nitisastra ini bukanlah ilmu pengetahuan hanya untuk kalangan negarawan atau politisi saja tetapi juga untuk setiap orang dalam rangka memantapkan pengamalan kehidupan bernegara berdasarkan Pancasila. Nitisastra mengajarkan keadaaan warga Negara pada hokum dan kebijaksanaan Negara, menanamkan jiwa patriotisme dan kesadaran untuk membela bangsa dan Negara.

KERUKUNAN HIDUP UMAT BERAGAMA

A.    AGAMA MERUPAKAN RAHMAT BAGI SEMUA
Apabila kerukunan hidup beragama di Indonesia tercapai tentu warga asing percaya dan senang berkunjung ke Indonesia. Selain berkunjung mereka pasti percaya untuk menanam modalnya. Apakah, kita tidak senang kalau terjadi seperti itu ? Ibarat suatu rumah tangga cekcok selalu, tentu tetangga tidak akan senang. Atas dasar pemikiran ini perlu diingat kembali Pancasila dan UUD 1945 pasal 29 yang mengatur tentang toleransi umat beragama. Oleh karena kita hidup di Republik ini harus mengakui, menghormati dan melaksanakan segala perundang-undangan yang berlaku.

BUDAYA SEBAGAI EKSPRESI PENGAMALAN AJARAN AGAMA HINDU

A.    Kebudayaan Dan Unsur-Unsurnya
Dalam bahasa Sanskerta kita mengenal kata buddhi yang dalam bahasa Indonesia yang berarti budi atau akal. Bentuk jamak dari kata buddhi adalah buddhayah. Kita tahu bahwa sangat banyak kata-kata dalam bahasa Indonesia merupakan hasil adopsi dari bahasa Sanskerta, termasuk kata kebudayaan. Sesuai dengan makna definisi yang diberikan oleh Kuntjaraningrat bahwa kebudayaan merupakan hasil dari pengembangan akal manusia, demikian pula dalam Kamus Besar Indonesia keterangan dengan kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Dari keseluruhan uraian ini kita dapat menyimpulkan bahwa kebudayaan pada dasarnya adalah semua produk akal budi manusia. Sebagai produk akal budi kebudayaan juga mempunyai wujud, yaitu:

ASTA BRATA DALAM KEPEMIMPINAN HINDU

A.    PENGERTIAN ASTA BRATA
Di bangku kuliah, kita diajarkan manajemen, yang sebagian besar mengadopsi ajaran-ajaran dari bangsa Barat. Apakah bangsa Timur tidak mewariskan ajaran-ajaran kepemimpinan yang dapat digunakan untuk memimpin negara menuju kesejahteraan dan kemakmuran rakyat?. Setelah saya coba buka-buka buku dan sejarah ternyata Bangsa Timur tidak kalah dengan bangsa Barat. Bangsa kita pun (Timur) telah mewariskan banyak ilmu-ilmu manajemen.  Salah satunya adalah ASTA BRATA  yang telah diterapkan di bumi nusantara ini sejak ribuan tahun silam hingga negeri ini sempat mengalami kejayaan pada masa Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit.

CATUR MARGA DAN CATUR ASRAMA

A.    Catur Marga Yoga
Dalam ajaran agama Hindu kita mengenal beberapa cara untuk mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, diantaranya disebut Catur Marga, yang berarti empat cara atau jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sesungguhnya kata yoga, dapat juga berarti masuk atau menyatukan diri, sehingga Catur Marga Yoga dapat pula diartikan empat jalan untuk menyatukan diri dengan Tuhan untuk mencapai moksa. Keempat jalan ini memiliki nilai yang sama namun menjadi sangat utama apabila didasari dengan kesungguhan hati dan Sradha yang mantap. Keempat jalan itu adalah Bhakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga, Jnana Marga Yoga, dan Raja Marga Yoga.

CATUR PURUSA ARTHA

CATUR PURUSA ARTHA

A.    PENGERTIAN CATUR PURUSA ARTHA
Tujuan agama diwahyukan ke muka bumi adalah untuk menuntun umat manusia agar mencapai ketenteraman dan kebahagiaan serta kesempurnaan hidup berupa kesucian bathin. Jadi ada dua spek yang ingin dicapai, bahagia dan sejahtera secara duniawi yang disebut “Jagad Bita”, dan tenteram serta bahagia secara Rohani yang disebut “Moksa”. Itulah tujuan agama Hindu seperti dirumuskan dalam maha wakya Moksartham Jagad Hitayaca iti Dharmah.
Sejalan dengan tujuan agama tersebut setiap ingin mendapatkan kesejahteraan kebhagiaan dan ketenteraman dalam kehidupnya. Sehubungan dengan itu agama Hindu mengajarkan dasar dan tujuan hidup manusia yang disebut “Catur Purusa Artha”.
Secara etimologi kata catur berarti empat, purusa berarti jiwa, dan artha berarti tujuan, sedangkan kata warga berarti terjalin erat. Dari arti kata tersebut kita dapat menerjemahkan catur purusa artha atau catur warga sebagai empat tujuan hidup manusia yang terjalin erat, satu dengan lainnya, atau dapat pula diartikan empat tujuan hidup manusia yang mewujudkan satu perpaduan yang utuh. Dalam Pustaka Suci Hindu dinyatakan bahwa, tubuh inilah merupakan alat untuk mendapatkan Dharma,  Artha, Kama dan Moksaseperti tercantum dalam kitab Brahma Purana 228.45 yang berbunyi “Dharmartha kama moksanam sariram sadhanam”, badan sebagai sarana mencari tujuan hidup berupa dharma artha kama dan moksa.

KASTA DAN WARNA DALAM AGAMA HINDU

A.    Pengertian Warna dan Kasta dalam Agama Hindu
Di dalam kehidupan agama Hindu, kita sering mendengar adanya perbedaan status sosial yang didasarkan atas system kasta. Sepintas lalu orang akan membenarkan kenyataan itu. Menurut bahasa Sansekerta (bahasa yang dipakai dalam kitab suci weda) kata “kasta” berasal dari kayu, jadi bukan berarti pembedaan golongan atau status sosial berdasarkan keturunan seperti pengertian kata “caste” dalam bahasa Portugis (caste=pemisah, tembok atau pembatas).
Istilah kasta dalam Agama Hindu muncul karena adanya proses sosial yang mengaburkan pengertian warna. Pengaburan istilah warna inilah yang menyebabkan lahirnya tradisi kasta yang membagi tingkatan seseorang dalam masyarakat berdasarkan status kelahiran dan status keluarganya. Istilah kasta juga sebenarnya tidak di atur dalam weda. Kasta tidak pernah ada dalam tradisi Hindu melainkan kasta dimulai sejak adanya kedatangan bangsa Arab dan Kristen di India. Istilah kasta mulai dilekatkan dalam agama Hindu sejak adanya Max Muller. Dari sinilah juga muncul istilah berdarah biru ataupun kaum bangsawan. Kasta di Bali dipengaruhi oleh adanya kerajaan-kerajaan pada jaman dahulu.

CUNTAKA

A. Pengertian Cuntaka
Istilah cuntaka mengandung suatu pengertian mengenai suatu keadaan tidak suci menurut pandangan agama Hindu. Kata cuntaka berasal dari bahasa Jawa Kuno (bahasa Kawi) yang artinya suatu keadaan tidak suci akibat dari suatu kematian. Berdasarkan atas pengertian tersebut, berarti setiap kematian akan dapat menyebabkan keadaan cuntaka. Kematian yang dimaksud dalam pengertian ini adalah akibat kematian manusia. Sedangkan kematian bagi makhluk lain tidaklah menyebabkan cuntaka.
Di dalam lontar Çiwa Çasana ada disebutkan istilah “cuntaka janma” yang berarti orang hina dalam kehidupannya. Orang yang dipandang cuntaka janma di dalam lontar Çiwa Çasana adalah orang yang dijadikan korban, orang yang diserahkan pada waktu upacara Sawa Wedhana atau dalam upacara Asti. Dari sumber ini membawa pengertian bahwa cuntaka mengandung pengertian yang cukup luas meliputi keadaan yang abstrak dan relatif, karena masalah hina dan jelek serta kotor (cemer) adalah masalah nilai yang tidak sama pada masing – masing orang.

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AGAMA HINDU

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AGAMA HINDU


A.    Perkembangan Hindu di India
Pada mulanya Agama Hindu muncul di lembah sungai Sindhu di India sebelah barat, tepatnya di Punyab,  yaitu hulu sungai Sindhu yang bercabang lima. Menurut pendapat Tilak, Wahyu Tuhan yang pertama telah diturunkan pada tahun 6000 SM.
Sumber pokok ialah  kitab-kitab suci Hindu yang terhimpun dalam Weda Sruti, Smerti, Itihasa, Upanisad dan sebagainya. Filsafat maupun kebudayaan yang tumbuh di India bersifat religius dalam arti bernafaskan keagamaan dan agama Hindu merupakan sumber kekuatan rohani yang menjiwainya.
 Perkembangan agama Hindu dapat di ketahui dari kitab-kitab suci agama Hindu yang terhimpun dan Veda Sruti, Veda Smrti, Itihasa, Upanisad dan sebagainya. Perkembangan agama Hindu di India, berlangsung dalam kurun waktu yang sangat panjang yaitu berabad-abad hingga sekarang. Perkembangan Hindu di India oleh Radhakrisnan dibagi menjadi 4 (empat) periode. Keempat periode tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 

SMA NEGERI 1 SUKAWATI ANGKATAN 2010

Mumpung fotonya ketemu, aku upload aja, supaya bisa dilihat oleh orang-orang di seluruh dunia hahhahaaaaaa :D tahun 2010 menjadi siswa baru di SMA NEGERI 1 SUKAWATI. kemudian tahun 2013 kami lulus 100% dan menjalani kehidupan sesuai pilihan masing-masing. Kami terpisah ke berbagai PTN, PTS atau sejenisnya. Ini untuk kenangan kita bersama :)











Lomba Conetto

Tanpa sengaja saat merapikan dokumen aku menemukan file ini :) 
Dulu aku sering ke warnet untuk memcari tugas ataupun mendownload korean drama. Nah disanalah aku bersama pacarku mencari berita ataupun main game online. Trus ada iklan conetto yang katanya klo ikut bisa dapat iphone. Nah aku juga ikutan hahhahaaaa :) dan inilah tulisanku dulu :D
walau ga menang ga apa. Yang penting aku selalu bersamanya. 

3Feb2013
Aku tdk prnh serius dgn yg namanya cowok,krn bagiku cowok itu ga penting.Hingga saat aku memutuskan pacarku aku merasa kehilangan.Sedih iya menyesal iya.Ingin minta maaf tp baru aku sadar Hpku hilang.Aku sgr pergi ke sekolah untuk mencarinya.Di skolah aku brtemu dia.Aku sgr kabur tp ia pegang tanganku kmdian pergi.Aku buka trnyta itu Hpku dan scarik krtas."Jalan 20 lngkah ke utara 6 lngkah ke timur"dan aku melihatnya tersenyum padaku sambil memberikanku Cornetto"ini untuk hari jadi kita" 20juni


Manfaat Seni Kegamaan Hindu dalam Pembentukan Kepribadian

PENDAHULUAN

Keberadaan seni tari keagamaan pada umumnya selalu dikaitkan dengan upacara keagamaan karena tarian ini hanya difungsikan untuk itu. Para pendukung tari keagamaan pada umumnya tidak berani mengubah dan meninggalkan tarian keagamaan itu begitu saja. Pementasan tari keagamaan dipergunakan sebagai media persembahan dan pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pementasan tari sakral keagamaan tidak boleh dibawakan oleh sembarang orang, melainkan dipilih dengan ketentuan sebagai berikut:
a)      Hendaklah para penarinya masih gadis.
b)      Jika mereka telah berkeluarga atau berumahtangga, hendaklah mereka telah mencapai menopause. Artinya, tidak mengalami datang bulan (haid) lagi.
c)      Para penarinya membawa sarana upacara, seperti Canang Sari, Pasepan, Sampian, Salaran, dan lain sebagainya.
d)     Gerak pada tari sakral sangat sederhana, mengikuti gerak alam, seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, peredaran matahari, dan lain sebagainya.
e)      Ada suasana mistik, magis, dan religius. Misalnya, pada Tari Sanghyang. Penarinya terjun kedalam api unggun, namun ia tidak terbakar.
f)       Tari sakral biasanya diperagakan secara kolektif. Tarian sakral dapat menggugah emosional keagamaan.
Secara mitologi dikisahkan bahwa Dewa Sivanataraja dalam menggerakkan alam semesta ini, beliau dikatakan menari.
            Lukisan tentang gerak seni tari tertata pada monumen atau candi-candi yang ada di Indonesia, seperti di candi Prambanan, Borobudur, Kalasan, Sewu, Plawosan, candi Sari, dan candi Sukuh. Para penari dilukiskan sebagai makhluk kahyangan yang disebut Gendarwa dan Apsari. Tarian keagamaan yang melukiskannya adalah tari Rejang, tari Pendet, dan tari Topeng Sidhakarya.
            Mengenai seni tari dalam perkembangannya dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu tari Wali, tari Bebali, dan tari Balih-balihan.

ASTIKA DAN NASTIKA (FILSAFAT HINDU)

ASTIKA DAN NASTIKA

ASTIKA
Sistem filsafat Hindu yang tergolong pada klasifikasi Astika adalah sistem atau aliran yang percaya pada kesucian Weda (Autority of the Veda). Menurut klasifikasi ini ada enam aliran yang disebut dengan Sad Darsana (Sad = enam, Darsana = Pandangan, filsafat). Yang termasuk Astika adalah Samkhya, Yoga, Niaya, Waisasika, Mimamsa dan Wedanta.
Dalam pengertian lain selain percaya kepada kesucian Weda, percaya pula pada reinkarnasi (kelahiran kembali) maka yang tergolong Astika tidak hanya enam aliran filsafat tadi termasuk aliran Buddha dan Jaina. Namun yang umum disebut Astika adalah Sad Darsana tadi.
Filsafat Samkhya
Perkataan Samkhya terjadi dari dua kata yaitu sam dan khya, sam artinya bersama-sama dan khya berarti bilangan. Samkhya berarti bilangan bersama-sama atau susunan berukuran bilangan. Dalam Samkhya bilangan mempunyai fungsi-fungsi penting, sebagaimana peranan bilangan pada filsafat Yunani. Walaupun ada juga bilangan yang tidak termasuk ukuran bilangan dalam Samkhya. Inti pembahasan filsafat Samkhya adalah penciptaan alam semesta dengan segala isinya 25 satwa.

WEDA SEBAGAI SUMBER DAN KITAB SUCI HINDU

Weda Sebagai Sumber dan Kitab Suci Hindu

A.  Pengertian Weda
Wahyu yang diturunkan oleh Hyang Widhi melalui para Rsi, dikumpulkan atau dihimpun menjadi suatu kitab suci. Kitab suci yang diyakini sebagai wahyu yang diturunkan oleh Hyang Widhi disebut Weda. Kata Weda dapat dikaji melalui dua pendekatan, yaitu berdasarkan etimologi  (akar katanya) dan berdasarkan semantic (pengertiannya). Weda sebagai wahyu yang diturunkan Agama Hindu, secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta, dari akar kata "Wid" yang berarti mengetahui atau pengetahuan. Dari kata Weda yang ditulis dengan huruf A (panjang) berarti pengetahuan kebenaran sejati atau kata-kata yang diucapkan dengan aturan-aturan tertentu yang dijadikan sumber ajaran Agama Hindu. Secara semantic Weda berarti kitab suci yang mengandung kebenaran abadi, ajaran suci atau kitab suci bagi umat Hindu. Maharsi Sanaya mengatakan bahwa Weda adalah wahyu Tuhan Yang Maha Esa yang mengandung ajaran yang luhur untuk kesempurnaan umat manusia serta menghindarkannya dari perbuatan jahat.
Weda adalah ilmu pengetahuan suci yang maha sempurna berasal dari Sang Hyang Widhi yang didengarkan oleh Para Maha Rsi melalui pawisik (wahyu), sehingga weda disebut Sruti yang berarti Sabda Suci atau pawisik yang didengarkan sehingga weda itu sebagian besar adalah nyanyian-nyanyian dari Hyang Widhi yang berbentuk puisi, dalam Weda disebut Chandra. Orang yang menghayati dan mengamalkan Weda akan mendapatkan kerahayuan atau ketenangan lahir batin. Winternitz dalam bukunya A History of Indian Literature, volume I (1927) menyatakan bahwa kitab suci Weda adalah monument dan susastra tertua di dunia. Ia menyatakan bila kita ingin mengerti permulaan dari kebudayaan kita yang tertua, kita harus melihat Rg Weda sebagai susastra tertua yang masih terpelihara. Sebab pendapat apapun yang kita miliki mengenai susastra maka dapat dikatakan bahwa Weda adalah susastra timur tertua dan bersama dengan itu merupakan monument susastra dunia tertua. Demikian pula Bloomfield dalam bukunya The Religion of Weda (1908) menyatakan bahwa Rg Weda bukan saja monument tertua tetapi juga dokumen di timur yang paling tua.

RESENSI NOVEL SECRET SUMMER DREAMS

Ini adalah tugas bahasa Indonesia yang aku dapatkan ketika kelas 11. Hanya ingin berbagi untuk para pembaca :)
cover novel

[CM from BALI] Wisata di Bedugul Bali

Beberapa hari yang lalu, target kami adalah Bali Botanical Garden atau Bedugul yang terletak di kabupaten Tabanan. Setengah hari berada disana benar-benar menyejukkan jiwa dan raga. Sekalian menikmati pemandangan yang hijau dan menyejukkan mata. Kami pergi kesana naik motor dan membawa bekal makanan lumayan banyak. Berikut beberapa foto kebersamaan di Bedugul dengan <3