RSS

CATUR PURUSA ARTHA

CATUR PURUSA ARTHA

A.    PENGERTIAN CATUR PURUSA ARTHA
Tujuan agama diwahyukan ke muka bumi adalah untuk menuntun umat manusia agar mencapai ketenteraman dan kebahagiaan serta kesempurnaan hidup berupa kesucian bathin. Jadi ada dua spek yang ingin dicapai, bahagia dan sejahtera secara duniawi yang disebut “Jagad Bita”, dan tenteram serta bahagia secara Rohani yang disebut “Moksa”. Itulah tujuan agama Hindu seperti dirumuskan dalam maha wakya Moksartham Jagad Hitayaca iti Dharmah.
Sejalan dengan tujuan agama tersebut setiap ingin mendapatkan kesejahteraan kebhagiaan dan ketenteraman dalam kehidupnya. Sehubungan dengan itu agama Hindu mengajarkan dasar dan tujuan hidup manusia yang disebut “Catur Purusa Artha”.
Secara etimologi kata catur berarti empat, purusa berarti jiwa, dan artha berarti tujuan, sedangkan kata warga berarti terjalin erat. Dari arti kata tersebut kita dapat menerjemahkan catur purusa artha atau catur warga sebagai empat tujuan hidup manusia yang terjalin erat, satu dengan lainnya, atau dapat pula diartikan empat tujuan hidup manusia yang mewujudkan satu perpaduan yang utuh. Dalam Pustaka Suci Hindu dinyatakan bahwa, tubuh inilah merupakan alat untuk mendapatkan Dharma,  Artha, Kama dan Moksaseperti tercantum dalam kitab Brahma Purana 228.45 yang berbunyi “Dharmartha kama moksanam sariram sadhanam”, badan sebagai sarana mencari tujuan hidup berupa dharma artha kama dan moksa.


B.     PEMBAGIAN CATUR PURUSA ARTHA
1.      Dharma
a.    Arti dan makna dharma
1)   Terminologi
Menurut terminologinya kata dharma yang umum dipergunakan sebagai istilah kerohanian di India, maupun yang biasa dikenal sebagai ajaran agama Hindu di Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta urat kata “dhar” yang artinya menjungjung, memangku, mengatur dan menuntun . urat kata “dhr” berkembang menjadi kata dharma atau kata dharana. Sebagai istilah kata “edharma” banyak di pergunakan untuk menyatakan suatu maksud sesuai dengan kepentingannya sehingga dalam berbagai penggunaan kata maupun isitilah dharma mempunyai bermacam – macam arti.
2)   Beberapa arti istilah dharma
a)         Dharma berarti agama
Dalam hubungan kehidupan kerohanian kata dharma diartikan agama baik di Indonesia maupun di India sebagai contoh dapat dikemukakan maha wakya “Moksartham Jagadhita ya ca iti dharma”. Yang artinya dharma atau agama itu ialah untuk mencapai moksa dan mencapai kesejahteraan hidup makhluk.
Ikang dharma ngaranya henuning mara ring swarga ika kadi gatining perahu, an henuning banyaga untasing tasik.
Sarasmuscaya, sloka 14
Artinya :
Yang dimaksud agama (dharma) adalah merupakan jalan untuk pergi ke Sorga, bagaikan perahu yang merupakan alat bagi pedagang untuk menyeberangi lautan

b)        Dharma berarti Tuhan
Sebagai contoh dapat dikemukakan sloka dari lontasr Sutasoma yang digubah oleh Empu Tantular sebagai berikut :

Rwaneka dhatu winuwus wara Budha Wiswa
Bhineki rakwa ringapan kena parwonosen
Mangkana Jinatwa kalawan Siswa Satwa tunggal
Bhineka tunggal ika tan hana dharma mangrawa.

Artinya :
Dua sebutan Tuhan dinyatakan sebagai Adhi Budha dan Siwa, konon itu berbeda, tetapi sampai kapanpun tidak dapat dibedakan, demikianlah Adhi Budha dan Siswa adalah tunggal. Berbeda itu tetapi tunggal itu tidaklah ada Tuhan yang kedua.

c)         Dharma berarti kebenaran
Dalam hubungan ini dapat dicontohkan sloka Bhagavadgita, sebagai berikut :

Atha cbet twam imam dharmayam
Sam gramarn na karishyasi
tatah swadhamam kirtim chahitwa papam awapsyasi (II.33)

Artinya:
Jika engkau tidak melakukan perang menegakkan kebenaran ini, meninggalkan kewajiban dan kehormatanmu, maka dosa papalah bagimu

Perihen temen dharma dhwmaranang sarat
Saraga sang sadha sireka tutana
Tan artha tan kama pidonya tan yasa
Yasakti sang sarjana dharma raksaka
(Ramayana Sarga (24, pada 31)

Utamakan benar peraturan – peraturan untuk mengatur negara, sebagai hal perilaku pada Pandita, beliau itulah yang patut untuk ditiru, tidak mengutamakan harta, demikian juga tidak mengutamakan kenikmatan hidup yang dapat didapat dari hasil usaha, keutamaan orang bijaksana kebenaran (dharma) yang beliau pegang teguh

d)        Dharma berarti kewajiban
Dalam hubungan ini kita mengenal istilah swadharma dalam kehidupan pribadi maupun kuladharma dalam kehidupan keluarga atau kekerabatan

Svadharman api cha ‘veksya
na vikampitum arhasi
dharmyad dhi yuddhach chhreyo ‘nyat
kahatriyasya na wvidyate
(Bhagawadgita, II. 31)

Artinya:
Apalagi sadar akan kewajibanmu, engkau tidak boleh gentar, bagi ksatria tidak ada kebahagiaan lebih besar daripada bertempur menegakkan kebenaran

Sreyan svadharma vgumah
paradharmat svanusthitat
svadharme nidhanam sreyab
para dharmo bhayavahah       (III. 35)

Artinya:
Lebih baik menunaikan kewajiban sendiri walau selesainya tidak sempurna daripada tugas orang lain walau dengan baik lebih baik mati dalam kewajiban. Sendiri dari pada dalam kewajiban orang lain yang sangat berbahaya.

e)         Dharma berarti hukum atau peraturan
Dihubungkan dengan kehidupan dan peredaran alani semesta kata dharma berarti hukum atau peraturan yang mengatur kehidupan, atau memelihara alam semesta beserta semua makhluk isinya

Dharanad dharma ityahur
dharmena widhetah prajah
(Santhiparwa 109.11)

Artinya:
Dharma dikatakan datang dari kata darana yang berarti memagku, memikul, menjunjung atau mengatur. Dengan dharma seluruh alam diatur atau dipelihara.

Dhamena dharyate sarwam
jagat stawara, janggamam
(Mahabharata t.28)

 Artinya:
Seluruh alam semesta, tumbuh-tumbuhan dan binatang diadu oleh dharma (kodrat)

Loka samgraha samsuktam
Widatra wihitam pura suksma dharma arthamiyatam
satam carltam attamam
(Santiparwa 259.26)

Artinya:
Kesejahteraan rakyat dan kesentausaan umat manusia datang dari dharma, laksana dan budhi luhur untuk kesejahteraan manusia itulah dharma yang utama

Demikianlah arti dharma itu, mempunyai pengertian yang amat luas dan mendalam. Jadi seluruh alam semesta ini beserta segala isinya diatur dan dipelihara oleh dharma, semuanya tunduk pada hukum abadi (Dharma) itu. Maka begitulah manusia dalam kehidupannya harus taat melaksanakan Dharma yaitu kewajiban, peraturan – peraturan suci dengan bertingkah laku dan berbudi luhur guna mengatur dan memelihara hidupnya untuk mencapai kesejahteraan jasmani rohani dan kedamaian abadi.

2.      ARTHA
a.                  Arti dan makna Artha
Kata artha mempunyai banyak arti. Artha dapat diartikan tujuan, dapat berarti kepentingan, namun dalam hubungannya dengan Catur Purusa Artha maka Artha artinya kekayaan, milik, harta benda yang dapat memenuhi dan member kepuasan kepada Kama.
            Dalam kehidupan ini Artha itu memang amat diperlukan. Agama Hindu tidak melarang umatnya mencari dan memiliki artha. Sebaliknya setiap umatnya dianjurkan untuk mencari dan memiliki artha dengan catatan bahwa benda atau kekayaan itu harus diperoleh berdasarkan Dharma dan digunakan untuk kepentingan Dharma.
Dalam kitab Sarasamuscaya sloka 263 terdapat uraian :
“Apan ikan artha yang dharma lwirning
Karjananya, ya ika labha ngaranya,
Para marthaning amanggih sukha sang
Tumenmwaken ika kuneng
Yang adharma lwirning karjananya,
Kasmala ika, singanggaban de sang
Sajjana matangnyan baywa anasar
Sangkeng dharma yan tangarjana”

Artinya :
Sebab harta itu, jika Dharma landasan memperolehnya, laba namanya, sungguh-sungguh mengalami kesenangan orang yang memperoleh harta itu, tetapi apabila diperoleh berdasarkan Adharma maka nodalah itu, (hal ini) dihindari oleh orang yang berbudi utama. Karena itu janganlah kesasar(berpaling) dari Dharma jika hendak menuntut sesuatu.

b.      Fungsi Artha
Demikianlah pentingnya harta itu dalam kehidupan ini namun harus diperoleh berdasrkan Dharma, sedangkan harta yang diperoleh berdasarkan Adharma dihindari karena mengakibatkan dosa. Agama Hindu menetapkan beberapa larangan tentang cara memperoleh Artha dengan kejahatan seperti memaksa, merampas, mencuri, menipu, dan sebagainya. Di samping itu agama Hindu menentukan dan mengatur cara penggunaan harta. Kitab Sarasamuscaya sloka 261 dan 262 menetapkan bahwa harta yang diperoleh dan telah menjadi milik, penggunaannya harus dibagi menjadi 3 bagian :
1)      Sadhana ri kasidhaning dharma

Artinya :
satu bagian harta milik dipakai untuk kepentingan Dharma.
Misalnya untuk melakukan Panca Yadnya. (kepentingan keagamaan)

2)      Sadhana ri kasidhaning kama

Artinya :
Satu bagian harta milik, dipakai untuk memenuhi Kama.
Misalnya untuk makan, minum, olahraga, kesenian, rekreasi, memenuhi rasa estetika.

3)      Sadhana ri kasidhaning artha

Artinya :
Satu bagian harta milik dipakai untuk melipatgandakan mendapatkan hartanya kembali.
Misalnya untuk berusaha berekonomi sehingga kekayaan berrtambah.

Selain ketentuan ini agama Hindu juga mengajarkan bahwa harta benda itu sebenarnya kegunaannya adalah untuk (dana punia), dipakai untuk kepentingan amal agama, karena harta itu tidak kekal sifatnya, tidak akan dibawa mati, tetapi penting dicari karena tanpa harta manusia tidak dapat hidup dan berbuat sesuatu. Jadi sebenarnya harta itu bukanlah merupakan tujuan utama, melainkan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, karena tujuan agama Hindu adalah mencapai kesejahteraan jasmani rohani di dunia dan terakhir bertujuan mencapai Moksa, yaitu kebahagiaan abadi, kebebasan sejati dan kemanunggalan Atman dengan Sang Hyang Widhi.
3. Kama
a)      Arti dan makna kama
Kata Kama mempunyai banyak arti, dalam kamus bahasa Sansekerta. Indnesia kata kama antara lain diartikan: keinginan, hasrat, nafsu. Pada umumnya kata kama diartikan keinginan atau keinginan untuk mendapatkan kepuasan atau kenikmatan. Oleh karena arta biasanya dianggap sebagai alat atau sarana yang memberikan kepuasan atau kenikmatan maka sering kali kata artha dan kata karma dirangkaikan sehingga menjadi kamartha dan diartikan kenikmatan hidup. Akibatnya kata kama sendiri sering diartikan kenikmatan atau kepuasan hidup.
            Contoh :
            Yasya sarva samarambhah
            Mamas am kalpa varjitah
            Jananagni dagdha karmanam
            Amahuh panditam budhah
                                                            (Bhagawagita IX,19)
Artinya;
Orang yang bekerja bebas dari nafsu dan keinginan untuk mendapatkan hasil yang karmanya telah dibakar oleh api kebijaksanaan dialah disebut arif bijaksana

Kepuasaan atau kenikmatan adalah merupakat kebutuhan hidup manusia. Hal ini disebabkan karena manusia memiliki indra (indriya) jumlahnya sepuluh sehingga disebut “Dasa indriya”.

b.      Fungsi Kama
            Sebagaimana telah diuraikan di depan kata kama diartkan kepuasan hidup atau kenikmatan hidup dan harta kekayaan dianggap sebagai sumber kenikmatan itu. Kekayaan memberikan kenikmatan dan kepuasan terutama memenuhi kebutuhan keinginan-keinginan indriya seperti lapar, haus, nafsu seks, dan lain-lainnya. Keinginan dan kepuasan ini hanya sementara, walaupun demikian penting dalam kehidupan karena kepuasan dan kenikmatan itu memberikan kebahagiaan.
            Apabila dijabarkan lebih lanjut kama dalam kehidupan bukanlah semata- mata untuk memenuhi nafsu duniawi saja, tetapi suatu kesenangan yang dinikmati dengan menyenangkan orang lain, menyenangkan lingkungan hidup sehingga kenikmatan atau kepuasan itu, dapat dirasakan bersama serta numbuhkan suatu kondisi kehidupan yang harmonis dan sejahtera
 ( jagaditha)

4.      Moksa
a.       Arti moksa
            Moksa berasal dari bahasa sansekreta dari akar kata "MUC" yang artinya bebas atau membebaskan. Moksa dapat juga disebut dengan Mukti artinya mencapai kebebasan jiwatman atau kebahagian rohani yang langgeng. Jagaditha dapat juga disebut dengan Bukti artinya membina kebahagiaan, kemakmuran kehidupan masyarakat dan negara. Jadi Moksa adalah suatu kepercayaan adanya kebebasan yaitu bersatunya antara atman dengan brahman. Kalau orang sudah mengalami moksa dia akan bebas dari ikatan keduniawian, bebas dari hukum karma dan bebas dari penjelmaan kembali (reinkarnasi) dan akan mengalami Sat, Cit, Ananda (kebenaran, kesadaran, kebahagian).  Dalam kehidupan kita saat ini juga dapat untuk mencapai moksa yang disebut dengan Jiwan Mukti (Moksa semasih hidup), bukan berarti moksa hanya dapat dicapai dan dirasakan setelah meninggal dunia, dalam kehidupan sekarangpun kita dapat merasakan moksa yaitu kebebesan asal persyaratan-persyaratan moksa dilakukan, jadi kita mencapai moksa tidak menunggu waktu sampai meninggal.
b.      Mencapai Moksa.
Untuk mencapai moksa seseorang harus mempunyai persyaratan-persyaratan tertentu sehingga proses mencapai moksa dapat berjalan sesuai dengan norma-norma ajaran agama Hindu. Dalam mencapai Moksa dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1. Dharma.
Dalam ajaran agama Hindu yang terdapat dalam Catur Parusanta dijelaskan bahwa tujuan dari kehidupan adalah bagaimana untuk menegakkan Dharma, setiap tindakan harus berdasarkan kebenaran tidak ada dharma yang lebih tinggi dari kebenaran. Dalam Bagawad Gita disebutkan bahwa Dharma dan Kebenaran adalah nafas kehidupan. Krisna dalam wejangannya kepada Arjuna mengatakan bahwa dimana ada Dharma, disana ada Kebajikan dan Kesucian, dimana Kewajiban dan Kebenaran dipatuhi disana ada kemenangan. Orang yang melindungi dharma akan dilindungi oleh dharma maka selalu tempuhlah kehidupan yang suci dan terhormat.
Dalam zaman Kali Yuga saat ini semua orang mengabaikan kebenaran, orang sudah menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, krisis moral sudah meraja lela dimana mana, kebenaran dan keadilan sudah langka, orang sudah tidak mengenal budaya malu, semua perbuatannya dianggap sudah benar dan normal. Sebenarnya Dharma tidak pernah berubah, Dharma telah ada pada zaman dahulu, zaman sekarang dan zaman yang akan datang, ada sepanjang zaman tetapi setiap zaman mempunyai karateristik lain-lain dalam melakukan latihan kerohanian (spiritual). Untuk Kerta Yuga latihan kerohanian yang baik adalah melakukan Meditasi, untuk Treta Yuga latihan kerohanian yang baik adalah dengan melakukan Yadnya atau kurban, untuk Dwapara latihan kerohanian yang baik adalah dengan melakukan Yoga yaitu upacara pemujaan dan untuk Kali Yuga latihan kerohanian yang baik adalah dengan melakukan Nama Smarana yaitu mengulang ngulang atau menyebut nama Tuhan yang suci.
2. Pendekatan kepada Yang Widhi Wasa
Untuk mendekatkan diri kehadapan Yang Widhi Wasa ada beberapa cara yang dilakukan Umat Hindu yaitu cara Darana (menetapkan cipta), Dhyana (memusatkan cipta), dan Semadi (mengheningkan cipta). Dengan melakukan latihan rochani , terutama dengan penyelidikan bathin, akan dapat menyadari kesatuan dan menikmati sifat Tuhan yang selalu ada dalam diri kita. Apabila sifat-sifat Tuhan sudah melekat dalam diri kita maka kita sudah dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa sehingga segala permohonan kita akan dikabulkan dan kita selalu dapat perlindungan dan keselamatan.
3. Kesucian.
Untuk memperoleh pengetahuan suci, dan menghayati Yang Widhi Wasa dalam keberagaman dinyatakan dalam doa Upanishad yang termasyur : Asatoma Satgamaya, Tamasoma Jyothir Gamaya, Mrityorma Amritan Gamaya yang artinya, Tuntunanlah kami dari yang palsu ke yang sejati, tuntunlah kami dari yang gelap ke yang terang, tuntunlah kami dari kematian ke kekekalan.
Setiap kita melakukan kegiatan-kegiatan, kita biasakan untuk memohon tuntunan kehadapan Yang Widhi Wasa agar kita selamat dan selalu dilindungi. Pekerjaan apapun kita lakukan, apabila kita bekerja demi Tuhan dan dipersembahkan kehadapan Yang Widhi Wasa, maka pekerjaan tersebut mempunyai nilai yang sangat tinggi. Dengan menghubungkan pekerjaan tersebut dengan Yang Widhi Wasa, maka ia menjadi suci dan mempunyai kemampuan dan nilai yang tinggi.
Tujuan dari kehidupan kita adalah agar atman terbebas dari triguna dan menyatu dengan Para atman. Didalam Weda disebut yaitu Moksartham Jaga Dhitaya Ca Iti Dharmah yang artinya adalah tujuan agama (Dharma) kita adalah untuk mencapai moksa (moksa artham) dan kesejahteraan umat manusia (jagadhita).
Ciri-ciri orang yang telah mencapai jiwatman mukti adalah.
1. Selalu mendapat ketenangan lahir maupun bathin.
2. Tidak terpengaruh dengan suasana suka maupun duka.
3. Tidak terikat dengan keduniawian.
4. Tidak mementingkan diri sendiri, selalu mementingkan orang lain (masyarakat banyak).
Untuk mencapai moksa juga mempunyai tingkatan-tingkatan tergantung dari karma (perbuatannya) selama hidupnya apakah sudah sesuai dengan ajaran-ajaran agama Hindu. Tingkatan-tingkatan seseorang yang telah mencapai moksa dapat dikatagorikan sebagai berikut:
1. Apabila seorang yang sudah mencapai kebebasan rohani dengan meninggalkan mayat disebut Moksa.
2. Apabila seorang yang sudah mencapai kebebasan rohani dengan tidak meninggalkan mayat tetapi meninggalkan bekas-bekas misalnya abu, tulang disebut Adi Moksa.

3. Apabila seorang yang telah mencapi kebebasan rohani yang tidak meninggalkan mayat serta tidak membekas disebut Parana Moksa

OLEH :
                                    I Wayan Sanjaya                     
                                    Ni Made Feby Kurniyanthi  
                                    I Made Agus Widiartawan     

0 comments:

Posting Komentar