BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Diskusi Kelompok
Diskusi ialah
suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara
verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah
ditentukan melalui cara tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau
pemecahan masalah. Sedangkan metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan
pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok
siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah
(Hasibuan dan Moedjiono, 2008:20). Metode diskusi adalah metode yang
menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah
untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami
pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen,1998). Karena
itu diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih
bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara
bersama-sama.
Menurut
Tohirin (2007: 291) diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana siswa
memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Moh. User
Usman (2008: 94) menyatakan bahwa diskusi kelompok merupakan suatu proses yang
teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang
informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau
pemecahan masalah.
Menurut
Dewa Ketut Sukardi (2008:220) diskusi kelompok adalah suatu pertemuan dua orang
atau lebih yang ditunjukkan untuk saling tukar pengalaman dan pendapat, dan
biasanya menghasilkan suatu keputusan bersama.
Berdasarkan
beberapa pendapat diatas dapat disampaikan metode diskusi kelompok adalah suatu
kegiatan yang bercirikan suatu keterkaitan pada suatu pokok masalah atau
pertanyaan, dimana anggota-anggota atau peserta diskusi itu secara jujur
berusaha memperoleh kesimpulan setelah mendengar dan mempelajari serta
mempertimbangkan pendapat-pendapat yang dikemukakan dalam diskusi.
Pada diskusi
kelompok siswa dibagi dalam beberapa kelompok.Setiap kelompok terdiri dari 3-7
orang. Proses pelaksanaan diskusi ini dimulai dari guru menyajikan masalah
dengan beberapa submasalah. Setiap kelompok memecahkan submasalah yang
disampaikan guru. Proses diskusi diakhiri dengan laporan tiap kelompok.
Pada metode
diskusi bahan atau materi pembelajaran tidak diorganisir sebelumnya serta tidak
disajikan secara langsung oleh siswa, materi pembelajaran ditemukan dan
diorganisir oleh siswa sendiri, oleh karena tujuan utama metode ini bukan hanya
sekedar hasil belajar tetapi yang lebih penting adalah proses belajar.
Diskusi yang
baik menurut Kasmadi (1990: 106) bukan semata timbul dari peran guru, akan
tetapi lebih tepat apabila timbul dari murid setelah memahami masalah dan
situasi yang dihadapinya. Tetapi dalam hal ini guru atau dosen dapat pula
memberikan arahan kepada peserta didik dalam memperoleh tema atau masalah yang
tepat untuk didiskusikan, yang sebelumnya kepada peserta didik diberikan tugas
untuk mempelajari, memahami, dan menganalisis masalah yang akan dijadikan topik
diskusi.
Metode
diskusi kelompok dalam pembelajaran menurut Kasmadi (1990: 106) mempunyai
maksud (1) melibatkan murid sebagai bagian komponen sistem; (2) menstimulasi
dan memotivasi murid; (3) melatih mereka agar kritis dalam menganalisis; dan
(4) mengembangkan kemampuan bekerja
sama.
2.2 Tujuan Diskusi Kelompok dan Manfaat
Diskusi Kelompok
a. Tujuan Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok memiliki beberapa
tujuan antara lain :
1.
Siswa dapat memperoleh informasi yang
baru dan berharga dari anggota kelompok diskusinya karena pada saat diskusi semua anggota mempunyai hak
untuk mengeluarkan pendapatnya mengenai masalah yang didiskusikan.
2.
Melatih
siswa untuk menganalisis masalah yang dijadikan topik diskusi sehingga
kemampuan siswa dalam menguraikan materi dapat dikembangkan.
3.
Mengembangkan kemampuan siswa dalam
berpikir kritis sehingga
kemampuannya dalam memecahkan masalah semakin baik.
4.
Melatih sikap kerjasama antara siswa yang satu
dengan yang lain karena dalam
diskusi kelompok siswa akan belajar menyelesaikan masalah secara bersama.
5.
Siswa
didorong menggunakan pengetahuan dan pengalamannya untuk memberikan pendapat
dalam memecahkan masalah, tanpa selalu bergantung pada pendapat orang lain.
6.
Siswa mampu menyatakan pendapatnya
secara lisan. Dalam hal ini siswa dilatih
diri untuk menyatakan pendapatnya sendiri secara lisan tentang suatu masalah
bersama.
7.
Diskusi memberi kemungkinan pada siswa
untuk belajar berpartisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan suatu masalah
bersama.
b.
Manfaat
Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok
memiliki beberapa manfaat antara lain :
1. Melalui
diskusi kelompok, siswa dapat memperdalam pengetahuan yang telah diketahuinya.
Setelah siswa berada dalam situasi diskusi kelompok, akan banyak pengetahuan
tambahan yang didapatkan oleh siswa melalui pendapat dari teman sekelompoknya
sehingga dapat memperdalam pengetahuan siswa.
2. Melalui
diskusi kelompok, siswa dapat berpikir bersama dalam menghadapi masalah yang
mereka hadapi.
3. Untuk
menumbuhkan dan membina sikap dan perilaku demokratis siswa.
4. Memupuk
kerjasama, toleransi, dan rasa sosial.
5. Membina
kemampuan mengemukakan pendapat dengan bahasa yang baik dan benar.
6. Membantu
siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-teman.
7. Melalui
diskusi kelompok, siswa dapat mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang
diberikan serta dapat mengambil suatu keputusan.
Dalam diskusi mengenai
suatu permasalahan, akan banyak terdapat perbedaan pendapat karena biasanya
setiap siswa memiliki pemikiran yang berbeda terhadap suatu permasalahan.
Disinilah peran dan tanggung jawab ketua kelompok. Ketua Kelompok adalah seorang siswa yang
bertugas memimpin jalannya diskusi kelompok agar diskusi dapat berjalan dengan
baik dan lancar. Jika sudah beberapa kali dilakukan pertemuan dikelas, maka
secara bergantian siswa dapat memimpin diskusi kelompok untuk melatih siswa
menjadi ketua kelompok. Peran ketua kelompok menurut Semiawan (1988:77) adalah
sebagai pengatur lalu lintas pembicaraan, yakni bertugas mengatur jalannya
diskusi kelompok agar lancar. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara
yakni :
a. Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tertentu kepada anggota kelompok seputar masalah yang dibicarakan.
b. Menjaga
agar anggota kelompoknya dapat berbicara secara bergiliran, tidak serempak.
c. Menjaga
agar pembicaraan tidak dikuasai oleh orang-orang tertentu yang gemar berbicara.
d. Mengatur
pembicaraan agar dapat di dengar oleh semua anggota.
2.3
Langkah – langkah Metode Diskusi Kelompok
Ada beberapa langkah-langkah dalam pelaksanaan metode
diskusi kelompok yaitu meliputi hal – hal berikut.
a.
Menetapkan
masalah yang akan dibahas
Masalah dapat
ditentukan dari isi materi pembelajaran atau masalah – masalah yang aktual yang
terjadi di lingkungan sekitar yang dihubungkan dengan materi pelajaran sesuai
dengan bidang studi yang diajarkan.
b.
Pembentukan
kelompok dan pengaturan tempat
Dengan arahan dari
guru, para siswa membentuk kelompok - kelompok diskusi. Banyaknya anggota dalam
satu kelompok memang tidak ada aturan yang pasti. Tetapi perlu diiingat apabila
anggota kelompok terlalu banyak biasanya kurang efektif, bahkan dimungkinkan ada
beberapa anggota kelompok yang hanya sekadar menumpang nama saja. Tetapi jika
terlalu sedikit kemungkinan masukan – masukan pemikiran juga kurang. Oleh
karena itu, sebaiknya satu kelompok terdiri antara 5 orang sampai 7 orang.
Siswa juga harus diberi tahu, agar mereka memilih ketua kelompok secara
musyawarah dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk diskusi kelompok.
Untuk pengaturan
tempat, idealnya ada ruang – ruang kecil yang cukup hanya menampung sejumlah
anggota kelompok 5 – 7 orang, sehingga masing – masing kelompok dengan leluasa
bekerja sama atau diskusi bersama tanpa gangguan dari kelompok lain. Posisi
duduk mereka lebih baik berbentuk lingkaran, sehingga mereka memiliki derajat,
hak, dan kewajiban bersama. Atau berbentuk angkare/ U, sehingga ketua kelompok
berada di depan, di tengah – tengah posisi anggota kelompok.
c. Siswa mulai berdiskusi
Para siswa berdiskusi
dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok yang
satu ke kelompok yang lain, menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan
bantuan agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi
berjalan lancar. Setiap anggota hendaknya tahu persis apa yang
akan didiskusikan. Diskusi harus
berjalan dalam suasana
bebas, setiap anggota mempunyai hak untuk berbicara dan
mengeluarkan gagasan serta ide - ide.
Kemudian tiap kelompok
melaporkan hasil diskusinya. Kelompok penyaji diberikan waktu secukupnya untuk
menyajikan hasil diskusi kelompok mereka, misalnya paling lama 7 menit. Dalam
hal ini guru dapat bertindak sebagai moderator. Setelah kelompok selesai
menyajikan, moderator membuka kesempatan kepada seluruh peserta diskusi untuk
mengajukan tanggapan, sanggahan, pertanyaan, saran atau yang lainnya. Kelompok
penyaji diberikan kesempatan untuk menanggapi balik. Demikian seterusnya,
secara bergantian kelompok berkesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompok mereka.
e. Menutup diskusi
Akhir dari proses
pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok hendaklah dilakukan hal
– hal sebagai berikut.
-
Seluruh siswa dengan bimbingan guru
membuat pokok – pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil
diskusi.
-
Me-review
jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh siswa sebagai umpan balik
untuk perbaikan selanjutnya.
2.4
Kelebihan dan Kelemahan
a.
Kelebihan Metode Diskusi Kelompok
Ada
beberapa kelebihan metode diskusi kelompok apabila diterapkan pada proses
pembelajaran yaitu :
1) Metode
diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan
atau ide.
2) Dapat
melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap masalah.
3) Dapat
melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atas gagasannya.
4) Dapat
melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
5) Hasil
keputusan kelompok diskusi lebih kaya ( besar dari berbagai sumber), dari hasil
pemikiran individu.
6) Anggota
kelompok diskusi sering dimotivasi oleh kehadiran anggota kelompok lain.
b.
Kelemahan Metode Diskusi Kelompok
Beberapa kelemahan
metode diskusi kelompok adalah :
1) Sering
terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang
memiliki keterampilan berbicara.
2) Kadang-kadang
pembahasan dalam diskusi meluas sehingga kesimpulan menjadi kabur.
3) Memerlukan
waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang
direncanakan.
4) Dalam
diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak
terkontrol. Akibatnya kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung sehingga
dapat mengganggu proses pembelajaran.
c.
Usaha
Mengatasi Kelemahan Metode Diskusi
Djajadisastra (1982) mengemukakan beberapa
langkah untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode diskusi dalam pembelajaran
yaitu :
1) Murid
– murid dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok kecil , misalnya 5 orang murid
setiap kelompok. Kelompok kecil ini
harus terdiri dari murid yang pandai dan tidak pandai, yang pandai berbicara
dan yang kurang pandai berbicara, murid laki-laki dan murid perempuan. Hal ini
harus diatur benar-benar oleh guru. Disamping itu, harus pula diperhatikan agar
murid-murid yang sekelompok benar-benar dapat bekerja sama. Dalam setiap
kelompok ditetapkan ketuanya.
2) Agar
tidak menimbulkan “kelompok –isme”, ada baiknya untuk setiap diskusi dengan
topic atau problema yang baru selalu dibentuk lagi kelompok-kelompok yang baru
dengan cara pertukaran anggota-anggota kelompok. Dengan demikian murid akan
pernah mengalami suasana bekerja bekerja sama dalam satu kelompok dan juga
pernah mengalami bekerja sama dengan semua teman sekelasnya.
3) Topik
– topik atau problema yang akan dijadikan pokok-pokok diskusi dapat diambil
dari buku –buku pelajaran murid, dari
surat kabar, dari kejadian sehari-hari di sekitar sekolah, dan kegiatan di
masyarakat yang menjadi pusat perhatian penduduk setempat.
4) Mengusahakan
penyesuaian dengan berat topic yang dijadikan pokok diskusi. Membagi-bagi
diskusi di dalam beberapa hari atau minggu berdasarkan pembagian topic ke dalam
topic-topik yang lebih kecil lagi (sub topik), keleluasaan diskusi dapat pula
dilakukan dengan menyelenggarakan suatu pecan diskusi dimanaseluruh pekan itu
dipergunakan untuk mendiskusikan problema-problema yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
5) Menyiapkan
dan melengkapi semua sumber data yang diperlukan baik yang tersedia di sekolah
maupun yang terdapat di luar sekolah.
2.5 Pengertian
Hasil Belajar dan Ranah-ranahnya
a. Pengertian Hasil Belajar
Istilah hasil belajar berasal dari
bahasa Belanda “prestatie” atau dalam
bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi selalu
dihubungkan dengan aktivitas tertentu, seperti yang dikemukakan oleh Abdullah
bahwa dalam setiap proses akan selalu terdapat hasil nyata yang
dapat diukur dan dinyatakan sebagai hail belajar (achievement) seseorang ,
sedangkan menurut Suryabrata bahwa hasil belajar termasuk dalam kelompok
atribut kognitif, yang respons hasil pengukurannya tergolong pendapat (judgement), yaitu respon yang dapat
dinyatakan benar atau salah
Hasil belajar adalah
sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau pikiran yang
mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan,pengetahuan, dan kecakapan
dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri
individu penggunaan terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang
terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu
perubahan tingkah laku secara kuantitatif. Bloom membagi hasil belajar ke dalam tiga ranah yaitu
ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
1) Ranah
Kognitif
Pada dasarnya Kognitif adalah
kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, mengetahui dan
memecahkan masalah. Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak
adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan
kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami,
mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam
ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari
jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi yakni pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2) Ranah
Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang
berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti
perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan
tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci
lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
a)
Penerimaan (Receiving/Attending)
b)
Tanggapan (Responding)
c)
Penghargaan (Valuing)
d)
Pengorganisasian (Organization)
e)
Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization
by a Value or Value Complex)
3)
Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor
adalah kemampuan yang dihasilkan oleh fungsi motorik manusia
yaitu berupa keterampilan untuk melakukan sesuatu.
Keterampilan melakukan sesuatu
tersebut, meliputi keterampilan motorik, keterampilan intelektual, dan
keterampilan sosial. Ranah
psikomotorik ini dikembangkan oleh Simpson, dan klasifikasi ranah psikomotorik
tersebut adalah:
a)
Persepsi (Perception)
b)
Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
c)
Guided Response (Respon Terpimpin)
d)
Mekanisme (Mechanism)
e)
Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response) Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya
terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
f)
Penyesuaian (Adaptation)
g)
Penciptaan (Origination)
b. Hasil Belajar dalam Ranah Kognitif
Keberhasilan kognitif siswa adalah
hasil belajar intelektual yang terdiri dari beberapa aspek kemampuan siswa, di
antaranya adalah kemampuan kognitif siswa yang merupakan tipe hasil belajar yang paling rendah.
Yang termasuk dalam aspek pengetahuan adalah pengetahuan faktual dan
pengetahuan hafalan seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam UU,
nama-nama tokoh, nama-nama kota dan sebagainya. Pemahaman, yang merupakan hasil belajar yang lebih tinggi dari
pengetahuan. Bentuk pemahaman misalnya menjelaskan sesuatu yang dibaca atau
didengar dengan bahasa atau susunan kalimat sendiri.
Aplikasi, yaitu kemampuan untuk
menggunakan apa yang telah dipelajari dalam situasi konkret yang baru. Ini
mencakup penggunaan peraturan, metode, konsep-konsep, hukum dan teori. Analisis, yaitu kemampuan untuk
menguraikan suatu materi atau bahan ke dalam bagian-bagiannya sehingga
strukturnya dapat dipahami. Ini mencakup identifikasi bagian, analisis hubungan
antar bagian dan pengenalan prinsip-prinsip organisasi yang digunakan. Sintesis, yaitu kemampuan untuk
menggabungkan bagian-bagian untuk membentuk keseluruhan yang baru.
Bagian-bagian tersebut dihubungkan satu sama lain sehingga diperoleh pola atau
struktur yang baru. Evaluasi, yaitu
pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi
tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi dan lain-lainnya.
Memperhatikan beberapa aspek
koginitif di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan koginitif adalah salah satu bagian saja dari keberhasilan belajar siswa.
Kriteria penilaian lama cenderung lebih berfokus pada penilaian koginitif,
yakni menitikberatkan pada kemampuan kognisi atau intelektual. Namun dengan
perkembangan pendidikan yang terus bergulir beberapa jenis keberhasilan siswa
yang lain, afektif dan psikomotorik mulai diakomodasi. Terlebih pada kurikulum
2013, rekam jejak keberhasilan pembelajaran tidak hanya didasarkan pada
kemampuan kognitif siswa tetapi memasukkan juga kemampuan afektif dan
psikomotorik.
c. Hasil Belajar dalam Ranah Afektif
Salah
satu ranah dalam pendidikan yang menjadi fokus penilaian keberhasilan belajar yakni dari segi afektif siswa. Ranah afektif
berkenaan dengan sikap dan nilai. Segi afektif tampak pada siswa dalam berbagai
tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, kebiasaan
belajar dan hubungan sosial. hasil belajar siswa ranah afektif. Dalam ranah
afektif terdapat lima kategori hasil belajar yaitu Reciving atau attending yaitu semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah situasi ,
gejala dan lain-lainnya. Responding
atau jawaban yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang
datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam
menjawab stimulus dari luar. Valuing atau
penilaian, yaitu kemampuan untuk dapat memberikan penilaian, atau pertimbangan
dan pentingnya keterikatan pada suatu objek atau kejadian tertentu dengan
reaksi seperti menerima, menolak atau acuh tak acuh. Pengorganisasian yaitu pengembangan dari nilai kepada suatu sistem
organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan dengan nilai lain, pemantapan
dan prioritas nilai yang dimilikinya. Karakteristik nilai atau internalisasi
nilai yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Dengan memahami ini guru
akan lebih mudah mengaplikasikan metode belajar siswa serta teknik penilaiannya.
d.
Hasil
Belajar dalam Ranah Psikomotor
Hasil belajar siswa dalam ranah psikomotor berupa
keterampilan dalam bentuk skill. Ada 5 aspek keberhasilan dalam ranah psikomotor. Peniruan, yang
terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan dan mulai memberi respon serupa
dengan yang diamati. Manipulasi, yang
menekankan pada perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan
gerakan-gerakan pilihan dan menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada
tingkat ini tidak sekedar meniru tingkah laku tetapi menampilkan sesuatu
menurut petunjuk-petunjuk. Ketetapan
yang memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam
penampilan. Artikulasi, yang
menekankan pada koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan urutan yang tepat dan
adanya konsistensi internal antar gerakan-gerakan yang berbeda. Pengalaman, dimana tingkah laku yang
ditampilkan paling sedikit mengeluarkan energi fisik dan psikis. Dengan
demikian hasil belajar siswa pada ranah psikomotor dapat dengan mudah
diidentifikasi oleh seorang guru dengan menganalisis dan memberikan penilaian
pada skill yang tampak pada anak
berdasarkan beberapa aspek di atas.
2.6 Kaitan Metode Diskusi Kelompok
Terhadap Hasil Belajar
Metode diskusi sebagai salah satu metode pengajaran untuk kelompok,
khususnya mempelajari ketrampilan yang kompleks seperti memikirkan secara
kritis, pemecahan masalah dan komentar pribadi, pembelajaran metode diskusi
dapat melaksanakan pertukaran gagasan, fakta dan pendapat antara siswa,
sehingga menjadikan suasana belajar lebih dinamis. Karena metode diskusi dapat
memberikan kesempatan kepada para siswa untuk berpartisipasi secara langsung,
baik sebagai partisipan, ketua kelompok atau penyusun pertanyaan diskusi.
Adanya partisipasi langsung ini memungkinkan terjadinya keterlibatan
intelektual, sosialemosional dan mental para siswa dalam proses belajar. Selain
itu mampu meningkatkan kemungkinan berpikir kritis, partisipasi demokratis,
mengembangkan sikap motivasi dan kemampuan berbicara yang dilakukan tanpa
persiapan
Kaitan metode diskusi kelompok
terhadap hasil belajar siswa yakni siswa menjadi mampu bekerjasama dengan teman
sekelompoknya sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mendapatkan
ilmu baru maupun memperdalam dan membenarkan pengetahuan yang telah mereka
ketahui. Metode diskusi kelompok akan membuat siswa mampu bekerjasama,
merupakan metode yang cocok bagi siswa apabila guru menginginkan mereka
memiliki kemampuan berkreasi, berbicara banyak, mengeluarkan pendapat secara
lugas, bertukar pikiran, mengingat penggunaan metode ini adalah untuk
memupuk kemampuan berbicara siswa, rasa ingin tahu siswa, kemampuan lebih
untuk berprestasi, memupuk kesenangan yang tinggi dalam belajar, mengupayakan
kemampuan yang tinggi untuk siswa dapat berinteraksi dengan materi,
berinteraksi dengan sesama siswa dan juga dengan guru. Dengan melibatkan lima komponen utama
pembelajaran efektif,yaitu (1) setiap siswa dapat bicara mengeluarkan gagasan
dan pendapatnya,(2) setiap siswa harus mendengar pendapat orang lain, (3)
setiap siswa harus saling memberikan respons,(4) setiap siswa harus dapat
mengumpulkan atau mencatat ide-ide yang dianggap penting, (5) melalui diskusi kelompok
setiap siswa dapat mengembangkan pengetahuanya serta memehami isu-isu yang di
bicarakan dalam diskusi. Hal ini akan membuat siswa lebih kreatif dalam
berdikusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa tersebut..
Metode
diskusi dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk memahami kebutuhan memberi
dan menerima, sehingga siswa dapat mengerti dan mempersiapkan dirinya sebagai
warga yang demokratis. Sedangkan prestasi belajar adalah kemampuan yang berupa
pengetahuan, pemahaman dan skill siswa dalam kurun waktu tertentu yang
memprediksikan performan dan kompetensi siswa dalam materi pelajaran yang
dipelajari siswa.
Metode
diskusi kelompok akan menghasilkan suatu hasil yang akan membuat siswa semakin
mampu menguasai materi yang diberikan oleh guru. Karena dengan menggunakan
metode diskusi kelompok, siswa diberikan keleluasaan untuk menyampaikan suatu
pendapat, atau pemikirannya tentang suatu permasalahan yang diajukan guru atau
siswa. Dalam suatu kelompok mereka akan saling bertukar informasi, saling
mengajarkan dan saling memberitahu. Kemampuan mengingat siswa pun akan lebih
lama karena siswa sendiri yang akan memecahkan suatu masalah yang diberikan
oleh guru. Dari sanalah akan timbul peningkatkan hasil belajar siswa yang lebih
baik. Percaya diri dari siswa pun akan lebih meningkat karena siswa di tuntut
untuk berinteraksi. Dari meningkatnya percaya diri siswa akan membuat prestasi
dan hasil belajar yang sangat baik.
Jadi
penggunaan metode diskusi kelompok akan mempengaruhi prestasi siswa, dimana
dengan menggunakan metode diskusi ini siswa akan menjadi lebih kreatif,
berpikir kritis, berpartisipasi demokratis, dan lain-lain. Sehingga siswa mampu
memahami dan mengetahui materi pada proses pembelajaran. Dengan demikian dapat
memicu prestasi pada siswa (Akhmad, 2008).